Ritme Vaksinasi COVID-19 di Jawa Barat Tersendat, Ada Apa?

Kekurangan pasokan vaksin membuat vaksinasi COVID-19 di beberapa sentra vaksinasi jadi tersendat.

oleh Arie Nugraha diperbarui 06 Agu 2021, 12:48 WIB
Seorang wanita menerima suntikan vaksin Sinovac saat vaksinasi massal virus corona COVID-19 untuk umum di Patriot Candrabhaga Sadium, Bekasi, Jawa Barat, Senin (14/6/2021). Peminat vaksinasi COVID-19 di Stadion Patriot Candrabagha sangat tinggi. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Liputan6.com, Bandung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan ritme vaksinasi COVID-19 terkendala proses pelaporan data. Saat ini pelaporan penggunaan vaksin dilaporkan melalui aplikasi Smile dan Big Apps.

Menurut Ridwan Kamil aplikasi yang digunakan oleh Kementerian Kesehatan digunakan untuk mendata dan penyaluran vaksin. Sedangkan Big Apps digunakan untuk data penggunaannya.

“Tapi tadi ada masalah yang sedang kita perbaiki, tidak semua meng-update gudang (vaksin) ini dengan waktu yang kita harapkan. Sehingga ada gap data, sehingga kita temukan sekian ribu dosis itu sedang kita telesuri dimana permasalahannya,” ujar Ridwan Kamil dalam keterangan daring dari rumah dinas Gubernur Jawa Barat, Bandung, Rabu, 4 Agustus 2021.

Ridwan Kamil mengatakan adanya hal itu, pemerintah pusat mengganggap Provinsi Jawa Barat masih memiliki jatah vaksin mencukupi. Sementara pelaksana proses vaksinasi COVID-19 menganggap sudah habis.

Ridwan Kamil menyebutkan contoh kasus soal kendala pelaporan jumlah ketersediaan dan penggunaan vaksin itu, terjadi di berbagai institusi pemerintah.

“Termasuk juga yang TNI dan Polri, jumlah yang sudah di vaksin masih belum semua terlaporkan. Sehingga dari catatan TNI dan Polri sudah dilaksanakan vaksinasi, tapi dari catatan ke pemerintah pusatnya belum terhitung secara proposional di pemerintah kabupaten dan kotanya,” kata Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil mencontohkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat melaksanakan vaksinasi di Kota Cimahi. Namun pelaporannya menggunakan aplikasi akun milik kepolisian.

Sehingga data yang ada menjadi tumpang tindih. Ini menjadi pemicu adanya kekurangan vaksin di tingkat puskesmas.

“Saya meminta agar pemerintah pusat memberikan jumlah vaksin yang proposional sesuai dengan risiko jumlah penduduknya. Jadi pemberian jumlah vaksin ke DKI Jakarta dan yang ke Jawa Barat tidak disamakan, karena penduduk kita lima kali lipat jumlahnya,” ucap Ridwan Kamil.

 

 

2 dari 3 halaman

Jabar Bakal Beres Vaksinasi COVID-19 Bila Dapat 15 Juta Dosis/Bulan

Petugas medis menyuntikan vaksin COVID-19 ke Seorang guru di Puskesmas Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (9/4/2021). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan sebanyak 5,5 juta guru dan tenaga pendidik mengikuti vaksinasi COVID-19 sampai akhir Juni 2021. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kebijakan pemberian jumlah vaksin oleh pemerintah pusat dimaklumi oleh Ridwan Kamil. Terutama untuk pemberian vaksin d daerah zona tinggi paparan COVID-19 (zona merah).

Kebutuhan ideal vaksin untuk Provinsi Jawa Barat mencapai 15 juta dosis. Itu jika ingin target vaksinasi wilayah tercapai.

“Kalau Desember harus beres, maka Jawa Barat harus dikasih 15 juta dosis tiap bulan, dengan total 76 juta dosis. Ini pertanyaan besar apakah bisa dipenuhi seperti itu,” tukas Ridwan Kamil.

Hitungan pemerintah Jawa Barat kecepatan vaksinasi COVID-19 yang harus dikejar juga menembus lebih dari 400 ribu dosis setiap hari. Tak hanya itu, vaksinator juga harus ditambah hingga 22 ribu orang

3 dari 3 halaman

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19.

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya