Pria Palestina Bersenjata Sebatang Besi Tewas Ditembak Tentara Israel di Tepi Barat

Pihak militer Israel mengatakan, pria Palestina itu dianggap menjadi ancaman setelah mendekati pasukannya di kawasan Tepi Barat.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Jul 2021, 13:32 WIB
Tentara Israel bekerja di tank-tank dekat perbatasan dengan Lebanon di Dataran Tinggi Golan, Selasa (28/7/2020). Perdana menteri Lebanon menuduh Israel memprovokasi "peningkatan bahaya" di sepanjang perbatasan. (AP Photo/Ariel Schalit)

Liputan6.com, Tepi Barat - Pejabat kesehatan Palestina mengatakan seorang pria meninggal dunia setelah ditembak pada Selasa (27/7) oleh pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki.

Sementara pihak militer Israel mengatakan, pria itu dianggap menjadi ancaman setelah mendekati pasukan yang melakukan operasi di kawasan Tepi Barat, demikian dikutip dari laman AP, Rabu (28/7/2021).

Shadi Omar (41) ditembak di dekat kota Beita, Palestina tempat penduduk mengadakan protes selama berminggu-minggu terhadap pos pemukiman Israel yang tidak sah.

Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan Omar "berlari dengan cepat" menuju pasukan Israel sambil membawa sebatang besi.

Mereka mengatakan, pria itu terus maju meskipun ada tembakan peringatan dan kemudian ditembak.

Warga Palestina dari desa-desa di dekat pos terdepan Eviatar mengatakan, pemukiman itu dibangun di atas tanah mereka dan khawatir akan digabungkan dengan pemukiman yang lebih besar.

 

2 dari 2 halaman

Aksi Protes Hampir Tiap Bulan

Matahari terbit saat unit tentara Israel menghancurkan rumah warga Palestina Amerika Muntasser Shalaby menggunakan ledakan terkendali, di desa Turmus Ayya, Tepi Barat, utara Ramallah (8/7/2021). (AP Photo/Nasser Nasser)

Bulan lalu ada protes hampir setiap hari terhadap pos Israel. Para demonstran melemparkan batu ke pasukan Israel, yang kemudian menembakkan gas air mata dan peluru tajam.

Setidaknya empat pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan tersebut.

Israel merebut Tepi Barat dalam perang 1967.

Palestina menyebut daerah itu sebagai jantung negara merdeka di masa depan. Sebagian besar masyarakat internasional menganggap permukiman itu ilegal dan menghambat proses perdamaian.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya