Mengoleskan Abu Vulkanik Bahayakan Kulit, Bukan Sembuhkan Jerawat

Belerang termasuk bahan yang biasa digunakan untuk mengobati jerawat atau masalah kulit lainya. Namun, bukan berarti langsung menggunakan abu vulkanik demi menyembuhkan jerawat atau kondisi kulit lainnya.

oleh Melly Febrida diperbarui 20 Apr 2021, 13:00 WIB
Orang-orang menyaksikan Gunung Sinabung memuntahkan material vulkanik saat meletus di Karo, Sumatera Utara, Selasa (2/3/2021). Erupsi Gunung Sinabung juga mengendapkan abu di desa-desa terdekat. (AP Photo/Sugeng Nuryono)

Liputan6.com, Jakarta - Belerang termasuk bahan yang biasa digunakan untuk mengobati jerawat atau masalah kulit lainya. Namun, bukan berarti langsung menggunakan abu vulkanik demi menyembuhkan jerawat atau kondisi kulit lainnya.

Apabila Anda melihat saran di media sosial bahwa abu vulkanik dapat digunakan untuk menyembuhkan jerawat dan kondisi kulit lainnya, berhati-hatilah. Praktisi medis memperingatkan bahwa menggunakan abu vulkanik langsung ke kulit berpotensi bahaya.

"Kulit bisa sangat sensitif dan abu vulkaniknya keras sehingga akan menyebabkan iritasi," kata dokter kulit. Dr Suleiman Bhamjee kepada radio Voice of Barbados dikutip dari Barbados Today.

Menurutnya, saat kita mencoba merawat kulit secara umum, tentu mencoba menghindari apa pun yang berbahaya bagi kulit.

"Sebagai prinsip dasar, ini bukan pengobatan untuk jerawat, ini bukan pengobatan untuk masalah kulit, eksim," ujar Bhamjee.

 

Sebuah mobil polisi tertutup abu vulkanik saat terjadi letusan gunung berapi Pacaya di San Francisco De Sales, Guatemala, Selasa (23/3/2021). Sejak awal Februari lalu, aktivitas gunung ini dilaporkan terus aktif. (AP Photo/Moises Castillo)

Abu vulkanik mungkin mengandung belerang, yang sudah lama digunakan dalam berbagai perawatan kulit. Tapi, abu tersebut hanya akan membahayakan.

"Ya, kita menggunakan sulfur tetapi ini bukanlah rekomendasi untuk perawatan apapun, untuk siapa pun - bukan untuk masalah kulit, tidak untuk mata, tidak untuk hidung, tidak untuk wajah, atau apapun seperti itu," tegas Bhamjee.

Ketika seseorang menggunakan bahan kimia keras pada kulit, kata Bhamjee, lapisan luar kulit akan hilang, dan ketika seseorang menghilangkan pelindung luar itu maka bahan kimia dapat masuk ke dalam kulit, atau bakteri, atau infeksi atau apa pun dari sifat itu.

"Jadi ketika Anda menggunakan sesuatu seperti itu atau Anda terpapar olehnya, itu menghilangkan selubung luar atau penutup kulit dan karenya berpotensi berbahaya juga," kata Bhamjee menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya