China Sebut Kritik Paus Fransiskus Soal Muslim Uighur Sebagai Tuduhan Tak Berdasar

China menyebut tuduhan yang dilayangkan oleh Paus Fransiskus terkait komunitas Muslim Uighur sebagai tuduhan tak berdasar.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 25 Nov 2020, 13:30 WIB
Paus Fransiskus (kiri) mengangkat Alkitab saat memimpin Misa Malam Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (11/4/2020). Misa Minggu Paskah biasanya dihadiri sekitar seratus ribu orang, namun tahun ini akan diadakan dalam gereja dengan jemaat terbatas. (Remo Casilli/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Beijing telah menepis kritik Paus Fransiskus terkait perlakuannya terhadap komunitas minoritas Muslim Uighur China di Xinjiang.

Bantahan tersebut dilayangkan setelah kepala Gereja Katolik Roma bergabung dengan kelompok suara internasional yang berkembang, menggambarkan Uighur sebagai "dianiaya" dalam sebuah buku baru, seperti dikutip dari BBC, Rabu (25/11/2020). 

Banyak komunitas internasional meyakini bahwa pemerintah China telah menahan hingga satu juta orang Uighur di tempat yang didefinisikan negara sebagai "kamp pendidikan ulang".

Menanggapi kritikan Paus Fransiskus, kementerian luar negeri China mengatakan pernyataan Paus itu "tidak berdasar".

Dalam bukunya Let Us Dream: The Path to A Better Future, Paus Fransiskus menulis bahwa "Saya sering berpikir tentang orang-orang yang teraniaya: Rohingya, Uighur yang malang, Yazidi". Ini pertama kalinya dia menyebut orang Uighur dalam konteks itu.

Juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian menanggapi dengan mengatakan Beijing "selalu melindungi hak-hak hukum etnis minoritas secara setara".

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Komunitas Uighur

Topeng bendera Turkestan Timur yang dipakai peserta Aksi Save Uighur selama CFD, Jakarta, Minggu (22/12/2019). Aksi digelar sebagai bentuk peduli terhadap muslim Uighur di Xinjiang yang diduga hingga saat ini terus mengalami tindakan kekerasan oleh pemerintah China. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Beijing diyakini telah menahan lebih dari satu juta orang dari Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir, dengan alasan risiko terorisme dan keamanan. Mereka juga diduga memaksa perempuan Uighur untuk disterilkan atau dipasangi alat kontrasepsi, yang diperkirakan untuk mengendalikan pertumbuhan populasi.

China awalnya membantah keberadaan kamp tersebut, ​​sebelum mengatakan situs interniran menyediakan pelatihan kerja dan pendidikan.

Orang Uighur adalah etnis Turki yang sebagian besar Muslim yang menganggap diri mereka dekat secara budaya dan etnis dengan negara-negara Asia Tengah.

Mayoritas dari mereka tinggal di provinsi Xinjiang China, di mana jumlahnya sekitar 11 juta orang, atau sekitar 45% dari populasi.

Para pengamat mengatakan bahwa selama bertahun-tahun, kebijakan pemerintah pusat secara bertahap telah membatasi aktivitas keagamaan, komersial, dan budaya Uighur, karena sebagian besar etnis Han China telah didorong untuk pindah ke wilayah tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya