Analis Sebut Ekonomi Vietnam Paling Bersinar Selama Pandemi COVID-19

Ekonomi Vietnam diperkirakan tumbuh 2,4 persen pada masa pandemi COVID-19, menurut angka terbaru dari Dana Moneter Internasional.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 20 Nov 2020, 07:01 WIB
Seorang penjual berjalan melewati jalan sepi di tengah kekhawatiran tentang penyebaran Virus Corona COVID-19 di Hanoi Vietnam pada 26 Maret 2020. (Nhac Nguyen / AFP)

Liputan6.com, Hanoi - Vietnam telah meminimalkan kerusakan ekonomi akibat Covid-19 dan merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang akan diprediksi bertumbuh normal tahun ini.

Ekonominya diperkirakan tumbuh 2,4 persen, menurut angka terbaru dari Dana Moneter Internasional, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (20/11/2020).

IMF memuji "langkah-langkah yang dilakukan oleh Vietnam untuk menahan dampak kesehatan dan ekonomi dari COVID-19".

Vietnam memiliki 1.288 kasus Covid-19 dan 35 kematian.

IMF memperkirakan pemulihan ekonomi yang kuat pada tahun 2021 di Vietnam, dengan pertumbuhan diproyeksikan akan menguat menjadi 6,5% "karena normalisasi aktivitas ekonomi domestik dan asing berlanjut."

Meskipun Vietnam kekurangan infrastruktur kesehatan di bandingkan dengan negara maju, Vietnam telah dipuji secara luas karena tindakan kesehatan publiknya, yang dengan cepat mengendalikan angka penyebaran.

Mereka secara cepat mengembangkan kit pengujian, dan menggunakan kombinasi pengujian strategis, pelacakan kontak agresif bagi mereka yang dicurigai terpapar.

Vietnam mengalami pertumbuhan yang lebih lambat tahun ini dan sektor pariwisata yang sempat berkembang sangat terpukul, tetapi telah menghindari efek ekonomi terburuk dari pandemi.

 

Simak video berikut ini:

2 dari 3 halaman

Bekerja dari rumah dan rejeki nomplok

Pengunjung pantai setempat menikmati berenang di pantai Bai Chay di kota Ha Long provinsi timur laut Quang Ninh (16/5/2020). Seiring dengan meredanya virus corona dan otoritas setempat melonggarkan pembatasan perjalanan, pantai Bai Chay kembali didatangi ratusan wisatawan. (AFP/Manan Vatsyayana)

Sejumlah faktor telah meredam pukulan krisis ekonomi di negara tersebut, menurut Michael Kokalari kepala ekonom Vinacapital -- sebuah perusahaan investasi yang berfokus pada Vietnam.

"Mungkin rejeki nomplok yang paling tidak terduga datang dari peningkatan besar dalam jumlah orang yang bekerja dari rumah secara global."

"Orang-orang telah membeli komputer laptop baru atau mereka telah membeli perabotan kantor baru, untuk bekerja dan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Nah, banyak dari produk itu yang dibuat di Vietnam," ujarnya kepada BBC.

Ekspor Vietnam ke AS telah meningkat sebesar 23 persen dalam tiga kuartal pertama dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019, dengan ekspor elektronik naik 26 persen.

 

3 dari 3 halaman

Masalah tarif

Sejumlah pelajar mengenakan masker saat beraktivitas di sebuah sekolah di Phnom Penh (28/1/2020). Selain Kamboja, negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, dan Singapura sudah lebih dulu mengkonfirmasi temuan infeksi virus corona. (TANG CHHIN SOTHY/AFP)

Sektor manufaktur Vietnam telah berkembang pesat selama dekade terakhir karena bisnis mulai mencari tempat lain karena biaya tenaga kerja di China meningkat.

Perang perdagangan AS-China yang sedang berlangsung juga telah membuat China menjadi tempat yang kurang menarik untuk berproduksi, dengan sejumlah tarif ekspor yang diberlakukan.

Banyak perusahaan multinasional mulai beroperasi di Vietnam, termasuk para pemimpin teknologi global seperti Apple dan Samsung.

Apple sekarang memiliki rencana untuk memproduksi earphone Airpods di Vietnam.

Pandemi juga telah mendorong lebih banyak perusahaan untuk mempertimbangkan manufaktur di sana, karena kebutuhan untuk mendiversifikasi rantai pasokan produk, kata Kokalari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya