Digitalisasi Sekolah dan Wacana Belajar Online Permanen di Perguruan Tinggi

Kemendikbud menggelontorkan dana hingga Rp 3 triliun untuk program digitalisasi sekolah yang akan diterapkan pada 2021.

oleh Yopi Makdori diperbarui 08 Nov 2020, 08:17 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim akan mulai memprioritaskan program digitalisasi sekolah pada 2021 mendatang.

Program digitalisasi sekolah merupakan sebuah terobosan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mempercepat pemutakhiran perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah.

"Kita program 2021, salah satu terbesar adalah digitalisasi sekolah. Di mana kita memastikan bahwa berbagai macam toolkit TIK itu akan kita persiapkan, dan kita akselerasi dari sebelumnya," tutur Mendikbud Nadiem dalam acara Indonesia Bicara yang disiarkan melalui kanal Youtube Media Indonesia pada Kamis (5/11/2020).

Nadiem membeberkan, dari program itu akan ada beragam inisiatif teknologi bagi sekolah, mulai dari platform bagi kepala sekolah hingga platform untuk guru.

"Guru bisa menggunakan kurikulum berdasarkan level kompetensi siswanya, enggak dipaksa menggunakan suatu level yang tidak cocok dengan siswanya ya. Nah itu hanya bisa dilakukan dengan teknologi," katanya.

Bukan hanya itu, Mendikbud juga berencana akan mendigitalisasi kurikulum, di mana guru akan diberikan kebebasan untuk memilih kurikulum pada tingkatan mana yang dirasa cocok untuk muridnya.

"Misalnya dia mau mundur satu tahun kalau dia mau, atau mau maju satu tahun tergantung kemampuan kompetensi siswanya. Itu bisa dilakukan dengan teknologi," papar Nadiem.

Digitalisasi ini juga, kata Nadiem, akan mendorong kolaborasi antara guru.

"Jadinya di luar dari pada inovasi yang ada di pihak swasta, Kemendikbud pun melakukan berbagai macam infrastruktur platform. Nanti bisa digunakan bagi sistem pendidikan kita untuk meningkatkan kompetensi, meningkatkan efisiensi maupun juga meningkatkan personalisasi atau ketepatan kompetensi murid di kelas," ujar Nadiem.

Guna menunjang jalannya program tersebut, Kemendikbud menggelontorkan dana hingga Rp 3 triliun.

“Total dana yang diinginkan untuk digitalisasi sekolah ini sebenarnya mencapai Rp 15 triliun, namun untuk setiap tahunnya baru bisa dianggarkan Rp 3 triliun,” tutur Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri dalam keterangan tulis, Jumat (6/11/2020).

Jumeri menjelaskan, rencananya setiap sekolah akan menerima 15 laptop dan satu access point pada program digitalisasi sekolah ini. Laptop yang akan diberikan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti untuk asesmen kompetensi minimun, asesmen nasional, dan praktikum.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Belajar Online Permanen

Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Gelombang work from home (WFH) membuat kebutuhan terhadap aplikasi video conference meningkat saat pandemi Corona Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Mendikbud Nadiem Makarim juga memprediksi, usai pandemi Covid-19 pembelajaran online di kampus kemungkinan akan langgeng dilakukan.

"Menurut saya di universitas, online learning itu akan menjadi suatu hal yang permanen," tegas Mendikbud dalam acara Indonesia Bicara yang disiarkan melalui kanal Youtube Media Indonesia pada Kamis (5/11/2020)

Sementara untuk pendidikan dasar dan menengah, Nadiem tak melihat adanya tren seperti itu.

"Menurut saya di SMA, SMP, SD menurut saya kebanyakan masih berat kepada tatap muka. Cuman menggunakan teknologi untuk meningkatkan potensi dari pada proses pengajaran tersebut," ucap Mendikbud.

Walaupun di jenjang pendidikan itu masih mengutamakan pembelajaran luar jaringan atau luring, Nadiem melihat akan ada tren pemanfaatan teknologi dalam intensitas lebih besar setelah masa pandemi Covid-19 ini. Hal itu guna membantu proses pembelajaran luring di jenjang tersebut.

"Jadinya walaupun mereka semua offline tapi masih menggunakan teknologi untuk kolaborasi, untuk monitoring, untuk tracking, untuk data, untuk asesmen," bebernya.

"Jadi prediksi saya untuk dasar dan menengah bakal offline, tapi untuk universitas bakal banyak sekali model-model yang lebih ke online," sambung Nadiem.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya