Menguak Kebenaran Kabar Viral Bayi Meninggal Karena Harus Rapid Test di Blora

Bayi diduga menjadi korban rapid test viral di media sosial, terutama di Blora

oleh Ahmad Adirin diperbarui 10 Sep 2020, 01:00 WIB
Dinas Kesehatan Kabupaten Blora (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Blora, Jawa Tengah, mendapat laporan terkait viralnya video bayi meninggal karena harus dirapid test.

Kabar bayi meninggal karena harus dirapid test sebelum dirawat itu pun viral setelah diunggah oleh akun bernama Burhan F-four ke grup Facebook 'info Gilimanuk bersatu' pada Selasa pagi (8/9/2020).

"Ternyata setelah di cek ulang teman-teman, kasus ada di PKU Cepu," kata Plt Kepala DKK Blora, dokter Henny Indriyanti kepada Liputan6.com, Rabu (9/9/2020).

Henny menyampaikan, kondisi bayi yang dimaksud oleh postingan media sosial itu sudah cukup lama sakitnya dan sebelum meninggal dunia mengalami sakit panas, muntah, berak alias muntaber.

"Jadi ini mungkin kurang cairan ya," katanya.

Dia menjelaskan, bayi yang meninggal dunia tersebut berusia empat bulan. Orangtua bayi tersebut beralamat di Desa Panolan, Kecamatan kedungtuban, Kabupaten Blora.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Bayi Sudah Rapid Test dan Diperiksa

Dinas Kesehatan Kabupaten Blora (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Menurut Henny, bayi tersebut telah dilayani dengan baik di rumah sakit. Ia juga membantah, bayi belum sempat diperiksa.

"Sudah di rapid test, hasilnya nonreaktif. Ditangani sekalian kemudian di cek," ungkapnya.

Sebelumnya, warganet riuh terkait adanya seorang bayi yang diunggah ke media sosial Facebook. Bayi tersebut diduga belum sempat ditangani dokter karena harus menjalani rapid test terlebih dahulu. Sayang, sebelum ditangani dokter, sang bayi meninggal dunia.

"Korban rapid tes. Belum sempat diperiksa sama dokter karna harus rapid dulu. Alhasil tepat tadi pagi jam 05:00 WIB tanggal 8 September 2020 tepatnya di Jawa Tengah, Kabupaten Blora, Kota Cepu. Keponakan saya meninggal. Saya tidak menyalahakan para dokter karna semua sudah takdir tuhan. Tapi setidaknya para dokter harus bisa lihat kondisi dan situasi. Saya memposting ini tidak bermaksut cari sensasi di medsos. Harapan sya smoga para dokter indonesia dan menkes bisa liat dan membaca postingan saya ini dan tidak lagi ada korban rapid. Ya allah semoga para ikatan dokter dan mentri kesehatan menghapus rapid sbagai syarat admin dll yaallah," tulis akun Burhan F-four ke grup Facebook 'info Gilimanuk bersatu' disertai dengan video seorang bayi itu.

Pantauan Liputan6.com, unggahan tersebut saat ini telah dihapus karena dibanjiri komentar dan tanggapan warganet.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya