Wagub DKI Prediksi Butuh 3 Tahun Vaksin Covid-19 Bisa Dimanfaatkan Masyarakat Luas

Menurut Riza, salah satu cara yang paling efektif saat ini adalah melakukan protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

oleh Ika Defianti diperbarui 04 Jul 2020, 15:36 WIB
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria memantau pelaksanaan protokol kesehatan di Central Park Grogol Petamburan, Sabtu (20/6/2020). Riza Patria meminta pengelola mal di wilayahnya ikut meningkatkan pengawasan dan pelaksanaan terhadap protokol kesehatan Covid-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memprediksi, untuk mendapatkan vaksin virus corona Covid-19 kemungkinan membutuhkan waktu hingga tiga tahun.

"Saya tidak ingin berlebihan, rasanya perlu waktu satu, dua, bahkan tiga tahun kita baru bisa mendapatkan vaksin yang bisa disuntikkan ke warga dalam jumlah yang besar," kata Riza dalam diskusi daring, Sabtu (4/7/2020).

Dia menjelaskan, prediksi tersebut didasarkan bila vaksin telah ditemukan beberapa bulan ke depan. Jika vaksin Covid-19 telah ditemukan, itu harus melalui serangkaian uji coba kepada 10 ribu hingga 100 ribu orang untuk melihat hasilnya.

Setelah vaksin dinyatakan berhasil, baru akan dimulai dengan memproduksi masal dan dieskpor ke negara lain. Karena hal itu, dia menyatakan proses vaksin Covid-19 sangat lama, apalagi jumlah penduduk Indonesia mencapai ratusan juta orang.

"Bila ada 270 juta penduduk Indonesia, kalau sehari satu juta saja sudah hampir setahun. Pertanyaan selanjutnya, apakah bisa menyuntikkan satu juta satu hari," ucapnya.

Saat ini hal terpenting, kata Riza, yakni masyarakat tetap melakukan protokol kesehatan terkait Covid-19, mulai dari penggunaan masker hingga cuci tangan.

"Jadi suatu fashion kita menggunakan masker, pakai faceshield, cuci tangan, jaga jarak tidak kerumunan," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Alasan Pilih Istilah PSBB Transisi Ketimbang New Normal

Warga mengendarai sepeda saat kegiatan Car Free Day (CFD) di Kawasan Sudirman, Jakarta, Minggu (21/6/2020). Pada CFD pertama di masa PSBB Transisi, warga Ibu Kota terlihat lebih memilih bersepeda sebagai sarana olahraga dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Sebelumnya, Ahmad Riza Patria juga mengungkapkan alasan Pemprov DKI lebih memilih menggunakan istilah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi daripada new normal atau keadaan normal baru.

Menurut dia, pemilihan istilah PSBB transisi merupakan bentuk kehati-hatian Pemprov DKI Jakarta dalam membentuk pemahaman kepada masyarakat.

"Karena menurut kami dapat berpotensi pada pemahaman masyarakat (saat ini) aman dan sudah bebas dari virus. Jadi lebih baik menggunakan kata transisi," kata Riza saat diskusi daring, Sabtu (4/7/2020).

Politikus Partai Gerindra ini menjelaskan, istilah PSBB masa transisi juga memberikan pemahaman bahwa penyebaran virus corona atau Covid-19 masih ada. Sebab, hingga saat ini vaksin untuk virus tersebut belum ada.

"Jadi kami sebut PSBB transisi biar jelas batasannya, belum normal. Namun, kami beri kelonggaran sebanyak 50 persen," ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya