Dirut PLN Pastikan Likuiditas Perseroan Masih Aman Meski Rugi Rp 38,8 Triliun

PT PLN (Persero) membukukan kerugian Rp 38,88 triliun di kuartal I 2020

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2020, 13:10 WIB
Petugas PLN melakukan penyambungan penambahan daya listrik di Jakarta, Rabu (21/6). Menyambut lebaran, PLN memberikan bebas biaya penyambungan untuk rumah ibadah dan potongan 50 persen untuk pengguna selain rumah ibadah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menyatakan pihaknya mencatat kerugian Rp38,88 triliun di kuartal I 2020. Perseroan menyebut kerugian terjadi akibat pelemahan Rupiah, di mana pada 31 Desember tercatat Rp14.244 per USD menjadi Rp16.367 per USD.

Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini mengatakan, laporan kerugian yang tercatat dalam laporan keuangan semester pertama merupakan kerugian yang sifatnya berdasarkan nilai kurs. Sebab, praktik laporan keuangan korporasi yang digunakan basis perhitungan adalah dolar yang tercatat saat laporan keuangan dibuat.

"Kerugian itu karena adanya perbedaan kurs dolar Desember 2019 sama 31 Maret 2020 saat laporan keuangan disampaikan," kata dia saat memberikan penjelasan di Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (25/6).

Kendati demikian, meski Perseroan mengalami kerugian likuiditas perusahaan tetap terjaga. Secara keuangan PLN bekerjasama dengan Bank Himbara untuk commited facility sebesar Rp28 triliun. Kemudian pihaknya juga juga mencadangkan money market Rp 7 triliun.

"Untuk kami rencakan diupsize menjadi Rp 15 triliun - Rp 20 triliun. Pinjaman internasional juga kami pertimbangkan untuk stabilitas perusahaan, juga pinjaman jangka panjang," jelas dia.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sebelumnya

Aktivitas penyambungan penambahan daya oleh petugas PLN di Jakarta, Rabu (21/6). Menyambut lebaran, PLN memberikan bebas biaya penyambungan untuk rumah ibadah dan potongan 50 persen untuk pengguna selain rumah ibadah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

PT PLN (Persero) membukukan kerugian Rp 38,88 triliun di kuartal I 2020. Hal ini berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat mampu membukukan laba Rp 4,16 triliun.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, kerugian yang dicetak pada kuartal I 2020 ini karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah cukup tinggi. Tercatat, rupiah pada 31 Desember 2019 di angka 14.244 per dolar AS sedangkan di akhir kuartal I 2020 menjadi Rp 16.367 per dolar AS.

"Rugi bersih perusahaan adalah Rp 38,88 triliun. Itu adalah rugi akibat selisih kurs," ujar Zulkifli Zaini, dalam rapat dengan Komisi VII DPR dikutip dari situs Youtube DPR RI, Rabu (17/6/2020).

Namun, di sisi lain, PLN menyatakan pemerintah berencana membayarkan utang sebesar Rp 48 triliun tahun ini. Yakni sebesar Rp 23 triliun utang kompensasi di 2018 dan Rp 25 triliun di 2019.

"Kami masih menunggu (konfirmasi) pembayaran dari pemerintah terkait dana kompensasi," tuturnya.

Sementara itu, Zulkifli menambahkan, PLN mencatatkan laba usaha Rp 6,81 triliun di kuartal I 2020. EBITDA Rp 16,93 triliun dan EBITDA margin Rp 19,78 triliun.

PLN, lanjutnya, mencatatkan kenaikan volume penjualan listrik sebesar 4,62 persen atau sebanyak 2,727 gigawatt hour selama kuartal I 2020. Pendapatan perseroan tumbuh 5,08 persen atau sebesar Rp 3,4 triliun menjadi Rp 70,25 triliun.

"Dengan kondisi tarif tetap, pendapatan masih tumbuh 5,08 persen dari kuartal I 2019 yang sebesar Rp 66,85 triliun," imbuhnya.

Zulkifli menambahkan angka pelanggan PLN di kuartal I 2020 juga bertambah 3,57 juta menjadi 76,5 juta dari periode yang sama tahun lalu sebesar 72,77 juta pelanggan. Di mana, rasio elektrifikasi kuartal I naik tipis menjadi 98,93 persen.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya