Neraca Dagang Surplus, Rupiah Ditutup Menguat

Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran 14.053 per dolar AS hingga 14.135 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Jun 2020, 18:00 WIB
Pegawai tengah menghitung mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Rupiah ditutup menguat 170 poin atau 1,19 persen menjadi Rp14.113 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.283 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Senin sore ini. Penguatan rupiah didorong surplus neraca perdagangan Mei 2020.

Rupiah ditutup menguat 18 poin atau 0,13 persen menjadi 14.115 per dolar AS dari sebelumnya 14.133 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, realisasi surplus neraca perdagangan Mei yang tercatat empat kali lebih besar dari prediksi analis, menjadi katalis positif bagi nilai tukar.

"Surplusnya melebihi ekspektasi analis, cukup jauh USD 2,09 miliar versus ekspektasi USD 0,42 miliar. Jadi cukup membantu penguatan rupiah," ujar Ariston dikutip dari antara, Senin (15/6/2020).

Namun, lanjut Ariston, kekhawatiran risiko gelombang kedua pandemi COVID-19 dan penyebaran wabah yang masih tinggi, menyebabkan penguatan rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu dalam.

"Sentimen negatif tersebut mungkin masih akan membayangi pergerakan rupiah besok," kata Ariston.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi 14.059 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran 14.053 per dolar AS hingga 14.135 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah menguat menjadi 14.228 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi 14.257 per dolar AS.

2 dari 2 halaman

BPS: Neraca Perdagangan Mei 2020 Surplus USD 2,1 Miliar

Suasana bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/10/2019). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Agustus 2019 menurun. Total ekspor Indonesia mencapai US$ 14,28 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Terciptanya surplus tersebut kurang menggembirakan karena mayoritas disumbang oleh penurunan ekspor sebesar 28,9 persen dan impor turun 42,2 persen.

"Ekspor kita mengalami pertumbuhan negatif baik untuk industri pengolahan, pertanian dan pertambangan. Impor turun curam baik karena barang konsumsi dan bahan baku dan barang modal," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Jakarta, Senin (15/6).

Sepanjang Mei 2020, Neraca dagang tersebut disumbang oleh ekspor sebesar USD 10,53 miliar dan impor sebesar USD 8,44 miliar. Ekspor pada Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 11,40 persen. 

"Kalau dibandingkan pada posisi April 2020 maka nilai total ekspor pada mei 2020 mengalami penurunan 11,40 persen dan bisa dilihat bahwa selama April ke Mei ekspor migas mengalami kenaikan tetapi sebaliknya ekspor non migasnya turun," jelasnya..

Sementara itu, nilai impor pada Mei 2020 mencapai USD 8,44 miliar turun sebesar 32,65 persen dibanding April 2020. Penurunan ini disebabkan penurunan impor migas sebesar 23,04 persen.

"Non migasnya mengalami penurunan yang cukup dalam 33,36 persen. Total nilai impor pada Mei 2020 kalau dibandingkan pada Mei 2019 menunjukkan pada bulan Mei 2020 ini menurun tajam sekali yaitu 42,20 persen. Dengan catatan impor migasnya hampir 70 persen sementara impor migasnya mengalami penurnan 37, 34 persen," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya