BI Sebut Penawaran SBN Capai Rp 44,4 triliun

Bank Indonesia (BI) mengumumkan bid yang masuk untuk Surat Berharga Negara (SBN)mencapai Rp 44,4 triliun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Apr 2020, 10:45 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengumumkan bid yang masuk untuk Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 44,4 triliun.

Sesuai nota kesepahaman antara BI dan Kementerian Keuanagn (Kemenkeu), Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan Bank Indonesia dapat membeli Surat Berharga Negara (SBN) maksimal 25 persen dari total penawaran. Hal itu sesuai nota kesepahaman yang sudah disepakati.

“BI sebagai non-kompetitif bid. Kita bid tapi tidak dihitung dalam perhitungan harga. Bid tetap dari pasar. Sesuai nota kesepahaman kami, di pasar non-kompetitif bisa 25 persen dari target maksimum,” ujarnya, Rabu (29/4/2020).

Dalam lelang SBN pada Selasa (28/4/) kemarin, dari penawaran yang masuk sebesar Rp 44,4 triliun, dimana BI turut serta Rp dengan nilai 7,5 triliun. Namun keikutsertaan BI tersebut tidak mempengaruhi perhitungan rata-rata.

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Keuangan, lelang SUN pada Selasa (28/4/2020) tercatat menghasilkan total penawaran masuk sebesar Rp 44,39 triliun. Adapun, total nominal yang dimenangkan dari tujuh seri yang ditawarkan mencapai Rp 16,62 triliun.

"Dari Rp 44,4 triliun, kita mendengar dari pengumuman pemerintah,itu yang dimenangkan adalah Rp 16,6 triliun. Diantaranya, Rp 2,3 triliun untuk Bank Indonesia, sisanya Rp 14,3 triliun itu dari pasar" kata Perry.

Jika target penawaran SBN tidak terpenuhi, lanjut Perry, maka pemerintah akan membuka lelang tambahan, atau melakukan aksi green shoe option.

"Hari ini pemerintah membuka lelang tambahan greenshoe option dengan harga kemarin. Kemarin harga rata-rata tertimbangnya untuk yield SBN 10 tahun, kurang lebih 8,08 persen. Dengan jumlah targetnya Rp 23,38 triliun, yang merupakan sisa target kemarin," jelas Perry.


Bank Indonesia Perkirakan Inflasi April 2020 Turun ke 0,18 Persen

Pembeli memilih telur saat berbelanja di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo memperkirakan melalui bahwa inflasi April tetap rendah dan terkendali mencapai 0,18 persen (mtm) atau 2,78 persen (yoy).

"Berdasarkan survey pemantauan harga yang kami lakukan dari seluruh 46 kantor-kantor Bank Indonesia di seluuruh Indonesia, kami perkirakan bahwa inflasi di bulan April 2020 ini tercatat mencapai 0,18 persen (mtm) atau 2,78 persen (yoy)," kata Perry di Jakarta, Rabu (29/4/2020).

Sehingga, lanjut Perry, inflasi terkendali dan rendah, serta lebih rendah dari inflasi Maret yang mencapai 2,96 persen (yoy), dan Februari 2,98 persen (yoy).

Ke depan, Bank Indonesia terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam sasarannya sebesar 3,0 persen ± 1 persen pada 2020.

Sementara itu, BI mencatat, pada bulan April ini ada beberapa komoditas yang mengalami inflasi seperti bawang merah 0,12 persen, emas perhiasan 0,09 persen, jeruk 0,5 persen, gula pasir 0,02 persen.

"Tapi juga ada komoditas yang kemudian menyumbang deflasi. Cabe merah, deflasinya 0,11 persen, daging ayam 0,08 persen," tambah Perry.


Pasokan Bahan Pangan Terjaga

Pedagang bumbu masak merapikan dagangannya di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut Perry, hal ini sejalan dengan komitmen Presiden Joko Widodo untuk memastikan bahwa kebutuhan dan pasokan bahan-bahan pokok, terutama di bulan Ramadan, terpenuhi secara baik.

"Dan sesuai perkiraan kami, di bulan Ramadan ini infalsinya akan lebih rendah dari pola historisnya pada tahun-tahun sebelumnya, karena dengan adanya PSBB di sejumlah wilayah, tentu saja ini menurunkan juga tingkat permintaan. sehingga itu juga menjaadi bagian terkendalinya inflasi," pungkas Perry.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya