Di Negara Ini, Harga BBM Turun Hingga 50 Persen karena Corona Covid-19

Beberapa negara di dunia resmi menurunkan harga bahan bakar kendaraan bermotor karena virus Corona Covid-19. Salah satunya terjadi di Amerika Serikat.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 28 Mar 2020, 10:06 WIB
Ilustrasi mobil hemat bahan bakar

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa negara di dunia resmi menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan bermotor karena virus Corona Covid-19. Salah satunya terjadi di Amerika Serikat.

Bila biasanya harga bahan bakar mencapai USD 2 per galon, saat ini beberapa perusahaan pengisian mematok banderol kurang dari USD 1 per galon. Demikian seperti dilansir Carcoops.

Setidaknya terdapat satu stasiun pengisian bahan bakar di Kentucky sudah menjual bensin dengan harga USD 0.99 per galon.

Vice Chairman of HIS Markit, Daniel Yergin menjelaskan, alasan utama penurunan harga bensin ialah tak ada lagi masyarakat yang meggunakan kendaraan bermotor untuk bekerja karena pemerintah mengimbau seluruh masyarakat untuk tinggal di rumah.

Jika pekan lalu masyarakat Amerika Serikat masih membayar USD 2,12 untuk satu galon bahan bakar, saat ini harga yang ditawarkan turun hingga 50 persen.

"Saya berharap rata-rata ritel nasional untuk bensin akan di bawah USD 2 per galon pada bulan April. Saya percaya akan menuju USD 1,70 untuk rata-rata nasional hingga pertengahan April. Itu bisa turun lebih rendah jika ini terus berlanjut," kata President of Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Konsumsi Bahan Bakar Turun Drastis

Selain itu, Lipow mengatakan, permintaan bensin di Amerika Serikat telah turun hingga 25 persen secara nasional. Hal itu menyebabkan sejumlah perusahaan mengurangi 20 persen produksi mereka.

Global head of energy analysis at Oil Price Information Services memprediksi keadaan akan semakin memburuk. Bila biasanya Amerika Serikat menggunakan 9,7 juta barel bensin per minggu, maka konsumsi akan turun menjadi 5 juta barel per hari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya