Kepanikan Pasar Akibat Corona Bikin Rupiah Tembus Rp 16 Ribu

Pada pukul 10.20 WIB, rupiah terus tertekan sentuh angka 16.037 per dolar AS.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 20 Mar 2020, 11:38 WIB
Teller menghitung mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak melemah pada perdagangan Jumat akhir pekan ini. Pada pukul 10.20 WIB, rupiah terus tertekan sentuh angka 16.037 per dolar AS.

Menanggapi situasi ini, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, kurs rupiah akan terus berada di posisi rentan selama penyebaran wabah virus corona yang menyebabkan kepanikan di pasar global.

"Ini level kunci dan akan terus melemah sambil menunggu informasi virus corona. Pasar panik," ujar Ibrahim, Jumat (20/3/2020).

Kendati demikian, Ibrahim menganggap fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dalam menghadapi level nilai tukar rupiah saat ini. Menurutnya, kepanikan pasar merupakan indikator utama pelemahan tersebut.

"Walaupun rupiah ke 16.500, fundamental indonesia masih kuat. Kuat fundamentalnya, ini murni karena panik saja," tegas dia.

Ibrahim menyatakan, Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 4,5 persen juga belum memiliki dampak besar saat ini.

"Penurunan suku bunga saat ini kecil pengaruhnya. Stimulus yang dilakukan oleh bank sentral global semua serba dadakan. ini mengindikasikan bank sentral terjadi kepanikan yang luar biasa," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Jumat Pagi, Rupiah Tembus 16.037 per Dolar AS

Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Jumat akhir pekan ini. Rupiah sudah tembus ke level psikologisnya yaitu 16.000 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (20/3/2020), rupiah dibuka di angka 15.950 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 15.912 per dolar AS. Pada pukul 10.20 WIB, rupiah terus tertekan sentuh 16.037 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.950 per dolar AS hingga 16.037 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 15,66 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angak 16.273 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 15.712 per dolar AS.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, depresiasi nilai tukar ayang sedang dialami Indonesia saat ini juga dialami negara lain bahkan pasar global secara keseluruhan.

Penyebabnya tak jauh-jauh dari sentimen terhadap penyebaran virus Corona. Perry menyatakan, investor global sedang mengalami ketidakpastian yang sangat tinggi. Hal ini yang juga mempengaruhi rupiah.

"Dow Jones anjlok, premi resiko meningkat. Investor global di semua negara (terdampak Corona) hampir semuanya melepas asetnya," kata Perry di Jakarta.

3 dari 3 halaman

Pasar Keuangan Panik

Aktivitas penukaran uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Nilai tukar Rupiah pada Kamis (19/3) sore ini bergerak melemah menjadi 15.912 per dolar Amerika Serikat, menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. (merdeka.com/Imam Buhori)

Perry melanjutkan, investor melepas aset keuangan mulai dari mata uang, saham, obligasi dan lainnya lalu beralih ke uang tunai (cash). Langkah ini dilakukan bukan karena ada masalah fundamental, namun karena kepanikan sehinga menyebabkan tekanan seperti saat ini.

"Cash is king. Bukan karena fundamental, tapi memang murni kepanikan (karena penyebaran Corona yang sangat cepat)," imbuhnya.

Untuk memitigasi hal ini, BI akan terus memastikan mekanisme pasar dan likuiditas terjaga serta meningkatkan intensitas triple intervention.

"Kami akan pastikan bagaimana penentuan nilai tukar di pasar itu konvergen, menjaga confidence dan mekanisme pasar. Itu yang akan terus dilakukan," tutup Perry. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya