Indonesia-UEA Berharap Ketegangan Politik di Timur Tengah Segera Mereda

Semua pihak merasa khawatir dengan meningkatkan eskalasi politik di kawasan, terutama UEA yang berdekatan dengan wilayah yang berkonflik.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jan 2020, 11:06 WIB
Presiden Jokowi dan Putra Mahkota Mohamed bin Zayed bertemu di Istana Qasr Al Watan, Abu Dhabi, UEA, Minggu (13/1/2020) malam. (Biro Pers Istana)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) ingin agar ketegangan politik di kawasan Timur Tengah yang sempat memanas setelah tewasnya petinggi militer Iran akibat serangan AS segera mereda.

"Kemarin kita juga melakukan tukar pikiran, saya bertemu dengan Menlu UEA dan kita membahas itu. Prinsipnya sama kita tidak ingin situasi menjadi lebih memburuk," kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Emirates Palace Hotel Abu Dhabi, Minggu (12/1/2020) malam.

Dia menambahkan, semua pihak merasa khawatir dengan meningkatkan eskalasi politik di kawasan, terutama UEA yang berdekatan dengan wilayah yang berkonflik.

"Saya kira semua orang khawatir ya karena mereka lebih dekat. Jangankan mereka, kita yang dari jauh pun khawatir. Karena saya sampaikan selain hitung-hitungan bahwa perang itu tidak akan menguntungkan siapa pun, perang itu akan berpengaruh pasti terhadap ekonomi dunia yang tanpa perang pun sudah tertekan terus ke bawah," ujar Retno.

Bahkan, Putra Mahkota UEA Mohamed Bin Zayed dan Presiden Joko Widodo dalam pertemuan juga sempat menyinggung persoalan tersebut.

"Disinggung, tapi enggak banyak. Karena sekali lagi, fokusnya adalah ekonomi," kata Retno seperti dikutip Antara.

Menurut dia, meningkatnya ketegangan politik hingga perang akan sangat merugikan, bagi Indonesia, misalnya yang sangat langsung terdampak adalah nasib WNI.

"Karena di Iran kalau menurut data yang ada di kita jumlah WNI kita di sana itu lebih dari 400, sementara yang di Irak adalah 800. Dan kita tahu jumlah yang ada pasti lebih besar dari data yang kita terima," jelas Retno.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Membuka Crisis Center

Untuk itu Menlu berharap agar situasi dapat dideeskalasi atau diredakan sehingga tidak berkembang menjadi lebih buruk. Meski begitu pihaknya telah menyiapkan sejumlah kontigency plan termasuk membuka crisis center dan hotline yang bisa setiap saat dihubungi WNI.

"Jadi kita berupaya cukup banyak untuk mengirimkan pesan untuk meng-encourage agar eskalasi yang lebih buruk tidak terjadi," kata Retno.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya