Nasib Saksi Kunci Pembunuhan Satu Keluarga oleh 2 Sosok Bertopeng di Banten

Saksi kunci pembunuhan satu keluarga di Kampung Gegeneng, Desa Sukadalem, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten, SS, dirujuk ke RSUD Banten.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 14 Agu 2019, 20:45 WIB
Ilustrasi Foto Garis Polisi (iStockphoto)

Liputan6.com, Serang - Saksi kunci pembunuhan satu keluarga di Kampung Gegeneng, Desa Sukadalem, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten, SS, dirujuk ke RSUD Banten. Pemindahan ini berdasarkan permintaan dari pihak keluarga.

SS merupakan korban selamat atas pembantaian satu keluarga oleh dua orang bertopeng hitam. Suaminya R (33) dan putranya A (4) meninggal dunia dalam pembunuhan satu keluargaini.

"(Pemindahan pasien) ini atas permintaan keluarga, yang minta untuk dipindahkan ke RSUD Banten. Rumah sakit (RSUD Cilegon) masih mampu menanggulanginya," kata Kepala ruang perawatan RSUD Cilegon, Ati Ahyati, ditemui di ruangannya, Rabu (14/8/2019).

Menurut dia, RSUD Cilegon telah memberikan perawatan luka dan psikologis kepada korban. Ini bertujuan agar SS cepat pulih dari luka tusukan dan traumatiknya.

"Kita menangani tingkat kesadaran pasien dulu, kemudian kita memberikan terapi-terapi luka pasien dan sebagainya," tutur Ati.

Dia mengatakan, kondisi kesehatan korban selamat pembunuhan satu keluarga di Banten itu sudah membaik. Namun, belum bisa diajak berkomunikasi dengan lancar. Lantaran mengalami luka robek dari bibir hingga ke pipi kirinya, akibat sabetan senjata tajam yang dilakukan oleh dua orang bertopeng.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sempat Tak Bisa Diajak Komunikasi

Ilustrasi garis polisi. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)

Peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, Selasa, 13 Agustus 2019. Beruntung, SS selamat dengan tiga luka tusukan di punggungnya.

SS, lanjut Ati, dalam kondisi trauma dan ketakutan. Lantaran melihat suami dan anaknya dibunuh secara keji oleh dua orang bertopeng hitam.

"Ia (SS) masih merasa kehilangan atau trauma. Jadi kita dalam menangani pasien harus hati-hati. Melihat kondisi pasien dan sementara ini kita belum bisa diajak komunikasi," jelasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya