Jumlah Bangunan Rusak karena Gempa Banten Terus Bertambah

Data BNPB hingga pukul 12.00 WIB, jumlah bangunan rusak akibat gempa Banten terus bertambah. Baik yang rusak berat maupun ringan.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 03 Agu 2019, 13:37 WIB
Bangunan rusak akibat gempa Banten. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah bangunan yang rusak akibat gempa Banten, terus bertambah. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga pukul 12.00 WIB, jumlah bangunan rusak berat maupun ringan di Banten mendekati 200 unit. 

"Kerusakan yang ditimbulkan diakibatkan gempa kita monitor dari jam ke jam mengalami peningkatan. Hari ini data kerusakan sudah mendekati 200 unit bangunan. Tadi malam bapak presiden sudah menugaskan BNPB untuk memantau kondisi terakhir," kata Kepala BNPB, Doni Monardo, usai meninjau rumah rusak akibat gempa bumi di Kampung Karoyak, Desa Panjang Jaya, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8/2019).

Dia mengatakan, rumah warga rusak lantaran struktur bangunannya tidak memenuhi standar, tidak memiliki tulang atau coran sebagai penguat.

Menurut dia, warga Desa Panjang Jaya tidak pernah mendapatkan pelatihan tanggap darurat bencana atau kegempaan. Hal ini terkuak saat Doni berbincang dengan warga setempat.

"BNPB ke depan harus menyusun konsep simulasi (kebencanaan) yang melibatkan keluarga. Jadi tidak cukup di tingkat pejabat, tapi semua keluarga mengikuti latihan. Karena terdampak langsung adalah keluarga," ujar Doni.

Meski begitu, pihaknya mengapresiasi kesiapsiagaan masyarakat yang lari ke luar rumah, kemudian mencari tanah lapang dan ketinggian untuk menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami. Langkah ini telah meminimalisasi korban jiwa.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Gempa Banten

Warga melihat rumah yang rusak usai gempa melanda Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8/2019). Menurut Kepala BPBD Kabupaten Pandegelang Deni Kurnia, untuk di wilayah Pandeglang kerusakan terparah usai gempa Banten terjadi di Desa Panjang Jaya dan Sinar Jaya, Kecamatan Mandalawangi. (RONALD SIAGIAN/AFP)

Gempa mengguncang Jakarta secara vertikal, tepat pukul 19.03 WIB, Jumat 2 Agustus 2019. Beberapa detik kemudian, lantai dan benda-benda bergoyang ke kiri dan kanan.

Semakin lama, goyangannya semakin kencang. Pintu dan jendela berketar kuat. Dinding pun bergeretak.

Lima menit kemudian, gempa berhenti.

Pada menit yang sama, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengabarkan, gempa mengguncang Banten dengan magnitudo 7,4. Pusat lindu berada di Sumur, Lebak, Banten. Kekuatan gempa itu kemudian dimutakhirkan menjadi M 6,9.

Suasana semakin mencekam ketika BMKG mengumumkan gempa tersebut berpotensi tsunami. Gelombang itu diprediksi sampai ke pesisir pukul 19.35 WIB.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan tinggi tsunami dapat mencapai 3 meter saat tiba di pesisir.

"Ketinggian gelombang tsunami 0,5 meter, maksimal 3 meter. Setiap wilayah berbeda," kata Dwikorita dalam konferensi pers BMKG, Jakarta, Jumat.

Namun, hingga pukul 20.29 WIB, peringatan dini tsunami belum dicabut. Waswas, warga mulai mengungsi. Mereka yang berada di dekat pantai berhamburan menuju ke tempat yang lebih tinggi.

"Paling tidak, warga yang tinggal di pantai harus mencari lokasi yang lebih tinggi, minimal 10 meter di atas permukaan laut," ujar Dwikorita dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, BMKG akan menunggu hingga 2 jam atau 21.35 setelah peringatan dini tsunami untuk woro-woro itu.

Setelah aman, BMKG pun mencabut peringatan dini tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya