Toyota Prius PHEV Meluncur Tahun Ini, Harga Tak Sampai Rp1 Miliar

Pilihan kendaraan ramah lingkunan sepertinya akan semakin banyak di Indonesia. PT Toyota Astra Motor (TAM) akan meluncurkan Prius PHEV tahun ini. Harganya pun tak akan sampai Rp1 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jul 2019, 11:04 WIB
Toyota Prius Hybrid yang diberikan kepada enam perguruan tinggi negeri melalui Kemenperin untuk dilakukan riset mobil listrik (Liputan6.com/Yurike)

Liputan6.com, Jakarta Pilihan kendaraan ramah lingkunan sepertinya akan semakin banyak di Indonesia. PT Toyota Astra Motor (TAM) akan meluncurkan Prius PHEV tahun ini. Harganya pun tak akan sampai Rp1 miliar.

"Fokus kami tidak lagi Prius Hybrid seperti beberapa tahun lalu, melainkan PHEV. Karena itu, ingin sesegera mungkin dikenalkan ke masyarakat Indonesia. Kalau bisa tahun ini," pungkas Anton Jimmi Suwandy, Marketing Director PT TAM, beberapa waktu lalu.

Meski TAM menginginkan Prius PHEV dijual tahun ini, nyatanya prinsipal masih memproses permohonan mereka. Proses ini belum final. Menurut Anton, hanya hal itu saja yang belum terpenuhi. Sisanya sudah dinilai rampung.

Bagi yang belum tahu, Toyota Prius PHEV memiliki jantung pacu 1,8 liter atkinson cycle dengan dua motor listrik. Atas itu, tenaga 120 Tk dan torsi puncak 249Nm sanggup diproduksi. Seluruhnya dikirim oleh transmisi CVT. Urusan akselerasi, juga cukup singkat, 0-100kpj diselesaikan dalam 11,8 detik saja. Sementara kecepatan maksimal di angka 162kpj. Tentunya semua ini memiliki output karbon minim dan efisiensi bahan bakar yang impresif.

Menariknya, harga jual Toyota Prius PHEV tak sampai menyentuh angka Rp1 miliar. Artinya, ia bisa menyandang predikat PHEV termurah. "Dari hitung-hitungan kami, harga jualnya tidak sampai Rp1 miliar. Targetnya begitu. Kalkulasi tadi juga belum disatukan dengan kebijakan baru mengenai mobil listrik. Kalau sudah final, sangat memungkinkan harganya turun lagi," ujar Anton.

Ya, seperti yang sudah diberitakan sebelumnya. Kebijakan pajak baru tak lagi mendiskriminasi bentuk dan penggerak mobil. Paradigmanya bergeser pada emisi karbon yang dihasilkan. Semakin besar CO2 yang diproduksi, semakin besar pula pajaknya. Hal ini jelas jadi angin segar bagi produk mobil ramah lingkungan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kultur Berubah

Selain aturan pemerintah yang makin berpihak, animo masyarakat juga dinilai baik terhadap kendaraan semacam ini. "Berkaca dari GIIAS 2019, animo masyarakat cukup besar. Bahkan demand pun sebetulnya sudah ada. Mulai dari retail, diler, fleet, menanyakan mobil ini. Potensial buyernya ada sekali. Tapi angkanya belum bisa kami sebutkan, karena itu masih calon pembeli. Unit yang beredar di sini juga bukan pesanan orang. Semuanya dikirim ke sini perihal studi dan riset pasar," tambahnya.

Kultur pabrikan otomotif pun bisa berubah. Menurutnya, yang digarisbawahi biasanya hasil daya, torsi, mesin dan lain sebagainya. Di kemudian hari bisa jadi bergeser. Yang dicantumkan pada brosur dan iklan, adalah emisi gas karbon, efisiensi bbm dan hal-hal terkait ramah lingkungan.

Sumber: Oto.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya