Misteri di Balik Supersemar yang Mengubah Wajah Indonesia

Tidak banyak yang diketahui tentang surat sakti Supersemar yang membuka jalan kekuasaan Soeharto itu.

Oleh DW.com diperbarui 11 Mar 2019, 18:41 WIB
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) ini sejarah misterius yang membuat Suharto dan Orde Baru berkuasa 32 tahun. | Via: istimewa

Jakarta - Supersemar mengubah wajah Indonesia dalam sekejap. Tidak banyak yang diketahui tentang surat sakti yang membuka jalan kekuasaan Soeharto itu. Sang diktator sendiri memilih membawa rahasianya itu hingga ke alam baka.

Saat ini arsip negara menyimpan tiga versi Surat Perintah Sebelas Maret. Salah satunya berasal dari Sekretariat Negara, yang lain dari Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat dan terakhir cuma berupa salinan tanpa kop surat kenegaraan.

Ketiga surat tersebut dinyatakan palsu oleh sejarahawan. Hingga kini tidak jelas di mana keberadaan salinan asli Supersemar.

Misteri juga menggelayuti penandatanganan Supersemar. Awalnya Sukarno dilarikan ke Bogor setelah sidang kabinet 11 Maret 1966 di Jakarta dikepung oleh "pasukan liar" yang kemudian diketahui adalah pasukan Kostrad.

Di Bogor, Sukarno disantroni tiga jenderal utusan Soeharto. Sejarah lalu mencatat buram apa yang terjadi di Istana. Yang jelas, pulang ke Jakarta ketiga jendral telah mengantongi Supersemar.

Tidak jelas bagaimana Sukarno mau menandatangani surat yang praktis melucuti kekuasaannya itu. Kesaksian pengawal presiden, Sukardjo Wilardjito, menyebut Sukarno ditodong pistol oleh seorang jenderal utusan Soeharto.

Catatan lain menyebut Sukarno terpaksa membubuhkan tanda tangannya karena saat itu Istana Bogor telah dikepung tank-tank TNI dan ribuan massa yang berunjuk rasa.

Supersemar diyakini tidak menyebut secara eksplisit penyerahan kekuasaan kepada Soeharto seperti yang dipropagandakan oleh TNI. Dalam pidato Sukarno pada 17 Agustus 1966, dia mengecam pihak yang telah mengkhianati perintahnya.

"Jangan jegal perintah saya. Jangan saya dikentuti!" pekiknya saat itu. Sukarno kembali menekankan Supersemar bukan "transfer of authority, melainkan sekedar surat perintah."

Sejumlah orang mengaku mengetik Supersemar, antara lain Letkol (Purn) Ali Ebram, seorang perwira Cakrabirawa. Menurutnya ia mengetik naskah Supersemar dengan didampingi langsung oleh Sukarno.

Namun sejarawan Irlandia, Benedict Anderson mencatat kesaksian perwira lain bahwa Supersemar ditulis di atas kertas berkop Markas Besar Angkatan Darat. Artinya naskah Supersemar tidak disusun oleh Sukarno.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Gerak Cepat Soeharto

Ilustrasi Supersemar | Via: istimewa

Hanya 24 jam setelah terbitnya surat sakti itu Suharto membubarkan PKI, menangkapi anggota kabinet dan orang-orang tedekat Sukarno.

Menurut adik Soeharto, Probosutedjo, surat itu tidak secara eksplisit memerintahkan pembubaran PKI. Sebab itu pula Sukarno menerbitkan surat perintah 13 Maret buat menganulir Supersemar. Serupa Supersemar, naskah asli surat perintah itu hingga kini lenyap tanpa bekas

Setelah kekuasaannya dilucuti, Sukarno diasingkan dari kancah politik di Jakarta. Ia dilarang membaca koran atau mendengar radio. Kunjungan keluarga dan layanan kesehatan dibatasi.

Sementara itu Soeharto mulai membangun kekuasaan dengan membentuk kabinet dan membujuk parlemen untuk mengesahkan Supersemar dalam TAP MPRS No. IX/MPRS/1966.

Supersemar pada akhirnya digunakan oleh Soeharto untuk melahirkan rejim orde baru. Hingga kematiannya sang diktator tidak berniat membuka tabir sejarah gelap tersebut, begitu pula dengan orang-orang terdekatnya.

Berbagai upaya yang dilakukan Arsip Nasional untuk menemukan naskah asli Supersemar terbentur sikap diam pejabat orba. Saat ini semua saksi kunci Supersemar telah meninggal dunia.

(Devira Prastiwi)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya