Teater Berbahasa Daerah Persembahan Anak Muda untuk Hari Bahasa Ibu Internasional 2019

Bahwa bahasa daerah penting untuk dilestarikan dan komunitas Oryza Lokabasa punya cara tersendiri dalam memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional 2019.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Mar 2019, 03:00 WIB
Oryza Lokabasa, komunitas penyelenggara pertunjukan tersebut mengadakannya untuk memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional 2019. (dok. Liputan6.com/Esther Novita Inochi)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati setiap 21 Februari sejak 2000. Peringatan tersebut bertujuan mempromosikan keanekaragaman bahasa dan budaya.

Oryza Lokabasa, sebuah komunitas seni, bahasa, dan budaya di Jakarta memiliki cara tersendiri untuk merayakan peringatan tersebut. Mereka mengadakan pertunjukan teater rakyat dengan pemain berupa anak-anak muda yang peduli terhadap bahasa daerah. Pertunjukan tersebut dilaksanakan pada Sabtu, 2 Maret 2019 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat.

Teater ini terbagi dalam empat babak, di mana setiap babaknya mengisahkan satu cerita rakyat dari setiap daerah di Indonesia. Empat cerita tersebut dipilih berdasarkan jumlah penutur terbanyak di Indonesia, yakni Bahasa Bali, Jawa, Minang, dan Sunda.

"Bahasa daerah, contohnya bahasa Jawa, bertahan karena masih ada penuturnya," kata Judianti Isakayoga, koordinator Oryza Lokabasa dalam acara teater tersebut. Wanita yang akrab dipanggil Ji ini berpesan bahwa bahasa daerah lain pun bisa bertahan apabila sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Kenyataannya, bahasa daerah nyaris tidak lagi digunakan sebagai sarana berkomunikasi, terutama di kalangan anak muda. Mereka bahkan tidak mengenal bahasa ibunya sendir., Padahal, bahasa daerah merupakan warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya.

Era milenial merupakan masa pesat perkembangan teknologi dan informasi. Akibatnya, generasi muda lebih memilih berkomunikasi menggunakan bahasa nasional atau internasional.

"Karena itu, kita punya tugas untuk mempertahankan bahasa daerah masing-masing," tegas Ji sebelum acara dimulai. Meski bahasa Indonesia lahir untuk mempermudah komunikasi warga dari berbagai etnis, bahasa daerah sangat penting untuk dipertahankan.

Pertunjukan teater tersebut menampilkan cerita tradisional yang umumnya dikenal oleh rakyat. Contohnya, Sangkuriang dari Jawa Barat dan Malin Kundang dari Sumatera Barat.

Cerita rakyat bernuansa romantis pun ditampilkan lewat Jayaprana dan Layonsari yang berasal dari Bali dan Roro Mendut dari Jawa Timur. Keempat cerita tersebut selalu ditutup dengan tarian tradisional singkat dengan iringan musik.

Tidak hanya pertunjukan teater, komunitas ini juga menampilkan band yang membawakan lagu-lagu daerah. Lagu yang ditampilkan merupakan lagu daerah yang berbeda dari pertunjukan teater, seperti Papua, Batak, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

"Semoga generasi muda di Indonesia memiliki kesadaran untuk tetap mempertahankan bahasa ibu sebagai identitas dan warisan luhur nenek moyang," ungkapnya. Bagi Ji, bahasa daerah harus dilestarikan bersama sehingga tidak akan punah ditelan oleh kemajuan zaman. (Esther Novita Inochi)

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya