Pengungsi Tsunami Selat Sunda Butuh Pakaian Layak Pakai

Lebih dari 21 ribu orang di Lampung dan Banten, mengungsi akibat tsunami Selat Sunda.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Des 2018, 07:11 WIB
Pakaian anak-anak korban Tsunami Anyer tampak dijemur di lapangan futsal Labuan, Banten, Minggu (23/12). Warga memilih mengungsi menunggu suasana di pesisir Pantai Selat Sunda pulih dan kondusif. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Lampung - Lebih dari 21 ribu orang di Lampung dan Banten, mengungsi akibat tsunami Selat Sunda. Kini, warga yang mengungsi di perbukitan dan gunung di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, membutuhkan pakaian layak pakai dan makanan.

"Pakaian yang saya pakai hanya tersisa yang di tubuh karena rumah saya hancur diterjang tsunami, bahkan paman dan bibi saya pun meninggal," kata salah satu warga Dusun 1, Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Rabu 26 Desember 2018 seperti dilansir Antara.

Saat kejadian, dia melihat air laut datang dengan cepat. Bahkan tsunami yang datang tidak hanya sekali, tetapi tiga kali. Suasana pun semakin mencekam karena listrik padam.

Tanpa pikir panjang dia dan anaknya langsung lari ke bukit yang ada tepat di belakang rumahnya. Namun nahas, paman dan bibinya tidak berhasil menyelamatkan diri dan ikut menjadi korban meninggal tsunami Selat Sunda.

Setelah air laut mereda, dia pun turun bersama warga lainnya untuk melihat kondisi rumahnya tetapi ternyata sudah rata dengan tanah dan banyak jenazah bergelimpangan di jalan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Trauma

Pemandangan dari udara wilayah Kota Lampung usai diterjang tsunami, Selasa (25/12). Jumlah korban akibat Selat Sunda terus bertambah, hingga selasa (25/12) siang data dari Kapusdatin Humas BNPB 429 orang meninggal. (Liputan6.com/Zulfikar Abubakar)

Dia mengaku masih takut dan trauma sehingga memilih bertahan di bukit untuk mengungsi dan hanya sesekali turun ke posko bantuan yang dipusatkan di SMAN 1 Rajabasa.

"Saya ke sini untuk meminta makanan dan pakaian, karena sudah tidak ada lagi. Kalau kebutuhan tentunya banyak tetapi yang terpenting ada pakaian dan makanan," tambah dia.

Warga lainnya, Sirajudin mengatakan bahwa beberapa keluarganya ikut menjadi korban meninggal, sekarang pun ia masih bertahan di atas bukit untuk mengungsi. Namun beruntung saat kejadian, dia tengah berada di rumahnya yang lain di Kecamatan Kalianda.

"Saya merupakan guru di SMAN 1 Rajabasa, ada beberapa anak didik saya dan guru yang ikut meninggal pada bencana tsunami yang menerjang beberapa hari lalu," kata Sirajudin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya