Minim Sentimen Positif, Rupiah Kembali Melemah ke 14.562 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.546 per dolar AS hingga 14.562 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Jul 2018, 12:00 WIB
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (24/7/2018), rupiah dibuka di angka 14.546 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 14.482 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.546 per dolar AS hingga 14.562 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 7,33 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Intrbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.541 per dolar AS, melemah jika dibaningkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.454 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Selasa, mengatakan, dari sisi tren terlihat masih adanya peluang bagi rupiah untuk kembali melemah seiring minimnya sentimen positif dari dalam negeri.

"Untuk itu, diharapkan laju rupiah dapat menyerap sentimen pelemahan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama global lainnya untuk menahan pelemahan lebih lanjut," ujar Reza dikutip dari Antara.

Rupiah sendiri diperkirakan akan bergerak di kisaran 14.492 per dolar AS hingga 14.477 per dolar AS.

Sebelumnya, meski laju dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia namun, tidak banyak berimbas pada mata uang rupiah yang masih dalam pelemahannya.

Pergerakan tersebut sesuai dengan perkiraan sebelumnya dimana belum adanya sejumlah sentimen positif yang signifikan mengangkat rupiah membuat pergerakannya cenderung masih dalam tren pelemahannya.

Rupiah kembali melemah setelah Badan Anggaran DPR RI melakukan Rapat Panja Perumus Kesimpulan dengan Pemerintah mengenai pembahasan kesimpulan laporan realisasi Semester I dan Prognosis Semester II APBN TA dimana menyangsikan pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,4 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Rupiah Terpuruk Karena Industri Kita Melemah

Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Ekonom Senior Faisal Basri menilai pelemahan Rupiah tak hanya akibat faktor eksternal perekonomian global. Pelemahan mata uang Garuda juga karena industri nasional yang lemah.

Hal ini, dikatakan Faisal, karena banyak perusahaan asing yang tak lagi masuk ke industri manufaktur dalam negeri berbasis ekspor. Ini yang kemudian menyebabkan repatriasi profit perusahaan asing menjadi sangat besar. 

"Repatriasi profit perusahaan asing luar biasa besar berdasarkan data Bank Indonesia (BI). Current account deficit kita USD 17 miliar, barang masih surplus USD 27 miliar, tapi defisit repatriasi dan bayar bunga itu USD 33 miliar karena asing yang di Indonesia itu tidak lagi di industri manufaktur yang berorientasi ekspor. Jadi melemahnya Rupiah ya karena industrinya semakin melemah," jelas dia di Jakarta, Minggu (22/7/2018).

Menurut dia, salah satu industri yang berorientasi ekspor saat ini yang masih dapat dikembangkan adalah industri otomotif, baik mobil ataupun sepeda motor.

"Pertumbuhan sepeda motor Januari hingga Mei ini 250 unit. Yang biasanya pertumbuhannya minus selama tiga tahun berturut-turut, tapi ini tumbuh 13,1 persen. Ini kan bisa jadi contoh untuk yang lain," kata dia.

Basri juga menambahkan, industri mobil kini tumbuh sebesar 3 persen. Naik dibanding tahun lalu di kisaran 2,6-2,8 persen.

"Januari-Juni industri mobil kita keseluruhan naik tiga koma sekian persen, sedikit lebih tinggi dari tahun lalu yang baru 2,6-2,8persen," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya