Pagi Cerah Menjajaki Bebatuan Warna-warni Sungai Gelis Kudus

Meski cantik, keberadaan bebatuan warna-warni di Sungai Gelis Kudus itu menuai kritik.

Oleh JawaPos.com diperbarui 12 Jul 2018, 06:00 WIB
NGEJRENG: Sejumlah warga mengunjungi batu di Sungai Gelis, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus, yang dicat kemarin. (RADAR KUDUS/DONNY SETYAWAN)

Kudus - Ada pemandangan menarik di Sungai Gelis, Kudus. Bebatuan di sungai yang terletak di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, dicat warna-warni. Warnanya cerah dan mencolok. Ada yang berwarna biru muda, kuning, merah, hijau, putih, merah muda, hingga kombinasi merah putih.

Pantauan JawaPos.com, tak semua bebatuan di lokasi RT 6 RW 1 desa setempat dicat. Batu-batu yang diubah warnanya hanya di bawah jembatan. Sekitar 20 meter ke arah selatan. Tempat wisata yang dijuluki Kedung Gong itu menyediakan beragam spot foto. Jembatan bambu juga dicat warna-warni.

Namun, tindakan itu menuai protes dari sejumlah pihak hingga berujung petisi. Petisi tersebut ditujukan kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar. Mereka menilai tindakan tersebut sebagai bentuk vandalisme.

Kepala Desa Rahtawu Sugiyono mengaku, baru mengetahui hal tersebut kemarin pagi. Menurutnya, tindakan yang dilakukan salah satu warganya tersebut dirasa melenceng. "Pihak yang bersangkutan sebelumnya tidak meminta izin dari desa. Jika sebelumnya meminta izin, saya beri arahan," ujarnya.

Sebagai rintisan desa wisata, Rahtawu memiliki sekitar 20 destinasi yang saat ini terus dikembangkan. Salah satunya Kedung Gong.

"Dari 20 destinasi itu ada satu yang dikelola BUMDes. Kebetulan destinasi yang dicat bebatuannya tersebut dikelola perorangan. Meski begitu, seharusnya tidak melakukan tindakan seperti itu. Sebab, bebatuan tersebut di sungai yang status kepemilikannya milik pemerintah," katanya.

Sementara itu, pemilik sekaligus pengelola destinasi yang diberi nama Kedung Gong Santoso (55) menanggapi hal tersebut dengan santai. Tindakan yang dilakukannya tersebut sebagai wujud keinginan mengembangkan wisata Desa Rahtawu.

"Saya pernah ke salah satu wisata sungai di Jogja yang juga melakukan hal serupa. Di sana ramai sekali pengunjung. Jadi saya aplikasikan di sini. Cuma ingin menarik wisatawan saja. Tak ada niat untuk merusak lingkungan," ucapnya.

Dalam keterangannya, dia tak menyewa jasa tukang cat. Semua dikerjakan sendiri. Dengan waktu sekitar seminggu untuk menyelesaikan.

"Saya hanya ingin mengembangkan potensi wisata Desa Rahtawu. Menurut saya sejak dulu di sini (Rahtawu) menyimpan potensi yang luar biasa. Tapi, kalau tidak ada yang mengelola tidak bisa sebagus sekarang. Kembali lagi saya tidak ada maksud untuk merusak lingkungan," dia menegaskan.

 

Baca berita menarik lainnya dari JawaPos.com di sini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya