Nasib 5 Remaja yang Mendaki Gunung Slamet di Tengah Cuaca Buruk

Tanpa izin, Alief dan Erni pun nekat mendaki Gunung Slamet tanpa perbekalan, meski sebelumnya telah dipersiapkan

oleh Muhamad RidloGaloeh Widura diperbarui 23 Jun 2018, 11:03 WIB
Lima remaja dijemput dari Puncak Gunung Slamet. (Liputan6.com/Tagana Banyumas/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Dengan ketinggian mencapai 3.428 meter di atas peermukaan laut (mdpl) Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan nomor dua tertinggi di Jawa.

Medannya tak terlampau terjal. Namun, lantaran luasnya hutan lindung, banyak pendaki yang tersesat. Kesulitan ini ditambah lagi dengan cekaman cuaca buruk, seperti hujan lebat, angin kencang dan kabut pekat yang kadang terjadi secara tak terduga.

Pekan ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan kemungkinan terjadinya hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang dan petir di berbagai wilayah termasuk Gunung Slamet yang meliputi lima kabupaten. Bagi pendaki berpengalaman, ini bukan lah waktu yang tepat untuk mendaki.

Namun, cuaca buruk itu sepertinya tak dipertimbangkan oleh lima remaja asal Banyumas, Jawa Tengah. Demi menuruti keinginannya, mereka tetap mendaki. Dan itu dilakukan tanpa izin orang tua.

Bahkan dua di antaranya dalah gadis remaja. Dua gadis ini adalah, Alief Desti Nur Fajriah (14) dan Erni Setiawati (15), warga Limpakluwus Kecamatan Sumbang, Banyumas. Keduanya adalah pelajar di SMP Negeri 3 Sumbang.

Adapun tiga lainnya adalah, Arzu Rohmata Robi (16), Alfi Muzaqi (18) dan Ikhza Maulana (17), warga Sokawera Kecamatan Cilongok, Banyumas. Tiga remaja ini juga tercatat sebagai pelajar.

Komandan Taruna Tanggap Bencana Kabupaten Banyums, Heriana Ady Chandra mengungkapkan, sebelumnya Arzu memintakan izin ke orang tua Alief, Ibu Kariti untuk mendaki Gunung Slamet pada Selasa, 19 Juni 2018. Kariti pun mengizinkan.

2 dari 3 halaman

Data 5 Remaja Tak Ditemukan di Pos Bambangan Purbalingga

Cuaca buruk menyulitkan tim menjemput lima remaja dari Puncak Gunung Slamet. (Liputan6.com/Tagana Banyumas/Muhamad Ridlo)

Lantas, keesokan harinya, Rabu 20 Juni 2018, Alief berpamitan untuk mengantar baju ke bibinyayang dirawat di Rumah Sakit (RST) Wijayakusuma. Saat itu, Alief ditemani oleh karib sekampungnya, Erni.

Namun, sepulang dari RS Wijayakusuma, Alief dan Erni bertemu dengan Arzu, Alfi dan Ikhza. Saat itu, Arzu meminta tolong agar diantar mendaki Gunung Slamet lewat Pos Pendakian Bambangan, Purbalingga. Alasannya, Alief berboncengan bertiga.

Alief dan Erni pun nekat mendaki Gunung Slamet tanpa perbekalan, meski sebelumnya telah dipersiapkan.

“Akhirnya Alief dan Erni bersedia mengantar ke Bambangan Purbalingga tanpa pamit ke orang tuanya. Seluruh perlengkapan dan bekal perjalanan masih ada di rumah,” ucap Chandra, Jumat malam.

Orang tua Alief, Kariti pun kelimpungan. Ia mencari-cari anak gadisnya yang tiba-tiba raib tanpa kabar, seusai mengunjungi bibinya di RS Wijayakusuma.

Kariti menduga anak gadisnya mendaki Gunung Slamet. Sebab, sehari sebelumnya, kawan anaknya memintakan izin hendak mendaki, meski perbekalan masih berada di rumah.

Untuk memastikan keberadaan anaknya, Kariti pun mencari hingga Pos Pendakian Bambangan, Purbalingga. Namun, petugas tak mendapati nama lima remaja tersebut dalam daftar pendaki.

3 dari 3 halaman

Penjemputan 5 Remaja di Puncak Gunung Slamet

Lima remaja dievakuasi ke Pos Gunung Malang dan diantar ke Desa Limpakluwus, Sumbang, Banyumas. (Liputan6.com/Tagana Banyumas/Muhamad Ridlo)

Nyaris putus asa, Kariti melaporkan ke Pemerintah Desa Limpakluwus yang lantas meneruskannya ke Posko Tagana Banyumas.

“Ibunya Alief mencari sampai ke Basecamp Bambangan sejak hari Kamis, 21 Juni 2018 tapi tidak ditemukan data di Basecamp Bambangan. Setelah ditelusuri ternyata ada data lima Remaja mendaki Gunung Slamet via Basecamp Gunung Malang,” dia menjelaskan.

Mengetahui hal itu, Kepala Dusun Sokawera dan Petugas Penyelamat Basecamp Gunung Malang pada Jumat, sekitar pukul 07.00 WIB mulai melakukan pencarian. Mereka menyusul kelima remaja tersebut melalui basecamp Gunung Malang.

Pukul 12.30 WIB, Tim Tagana mengumpulkan keterangan di Balai Desa Limpakuwus untuk selanjutnya memberangkatkan satu regu tim penjemputan dengan Pemuda Pancasila (PP) dan Pramuka Peduli Kwarcab Banyumas.

“Pukul 14.00 WIB Kadus Sokawera dan Petugas Basecamp Gunung Malang bertemu dengan kelima remaja tersebut dan diminta untuk pulang,” dia mengungkapkan.

Selanjutnya, Tim Pemuda Pancasila menjemput di Pos 2 Pendakian Gunung Slamet via Gunung Malang. Sedangkan Tim Tagana Banyumas dan Pramuka Peduli Kwarcab Banyumas bertemu di pertengahan antara Pos 1 menuju Pos 2.

Akhirnya, survivor sampai di basecamp Gunung Malang pada pukul 17.45 WIB dalam kondisi sehat dan selamat. Selanjutnya Survivor diantar ke Desa Limpakuwus, Sumbang, Banyumas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya