UIN Ar-Raniry Aceh Tak Larang Mahasiswi Bercadar

Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Farid Wajdi Ibrahim MA menegaskan, bagi mahasiswi hanya dianjurkan untuk menggunakan pakaian sopan dan standar Islami.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mar 2018, 10:22 WIB
Anggota komunitas Niqab Squad menunjukan poster saat melakukan Challenge kepada pengunjung CFD untuk mengenakan Niqab di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (10/9). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Banda Aceh - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh tidak melarang dan tidak menganjurkan mahasiswi untuk menggunakan cadar. Mereka semua diizinkan menggunakan cadar selama tidak menimbulkan persoalan.

Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Farid Wajdi Ibrahim MA menegaskan, bagi mahasiswi hanya dianjurkan untuk menggunakan pakaian sopan dan standar Islami.

"Sebagai lembaga kode etik mahasiswa itu aturannya tertulis, di mana mereka harus menggunakan pakaian yang sopan, kalau yang ketat atau kain tipis atau menyerupai pakaian laki-laki bagi perempuan itu melanggar kode etik dan kita melarangnya," kata Farid, Jumat (9/3) di Banda Aceh.

Dilansir Merdeka.com, Farid mengatakan mahasiswi yang banyak menggunakan cadar di UIN Ar-Raniry berasal dari Malaysia. Pihak kampus selama ini tidak pernah melarang mereka menggunakan pakaian seperti itu, selama tidak menimbulkan masalah.

Menanggapi pendataan mahasiswi menggunakan cadar yang dikeluarkan oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Farid mengatakan ada sejumlah pertimbangan dan filosofi yang tidak diketahui oleh publik. Meskipun hingga sekarang tidak ada aturan yang melarang wanita menggunakan cadar.

"Kalau tidak ada api mana ada asap, mungkin ada sesuatu hal yang bisa membawa efek buruk bagi mahasiswa di sana ketika memakai cadar," jelasnya.

 

2 dari 2 halaman

Cegah Radikalisme Masuk Kampus

Komunitas Niqab Squad bersama pengunjung CFD berswafoto di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (10/9). Selain melakukan Challenge kegiatan ini juga mengumpulkan donasi untuk Etnis Rohingnya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kata Farid, larangan yang dikeluarkan kampus tersebut, jangan-jangan memang ada kaitannya dengan radikalisme yang masuk kampus. Apabila dibiarkan dan tidak dicegah secepatnya, maka akan berbahaya.

"Tetapi kalau memang tidak ada, enggak mungkin larangan itu keluar," ungkapnya.

Oleh karena itu, Farid meminta semua pihak untuk mencegah paham radikalisme dengan cara memupuk ilmu agama yang baik dan benar. Serta memperkokoh keimanan dan terus bertakwa kepada Allah SWT.

Reporter: Afif

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya