Ritual Sakral Kawalu, Wisatawan Dilarang Masuk Baduy Dalam

Pelaksanaan Kawalu dilaksanakan selama tiga bulan. Warga Baduy Dalam tidak menerima tamu.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2018, 07:00 WIB
Puncak ritual Seba Baduy di Pendopo Banten, Sabtu (29/4/2017 (Liputan6.com / Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Lebak - Kawasan permukiman Baduy Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, tertutup bagi wisatawan domestik maupun mancanegara mulai Selasa pekan lalu sehubungan dengan perayaan Kawalu Pertama. Perayaan Kawalu sangat sakral bagi masyarakat Baduy Dalam.

Masyarakat Baduy Dalam dengan ciri khas berpakaian putih-putih dengan lomar ikat kepala putih tidak menerima wisatawan sepanjang Kawalu. Pelaksanaan Kawalu dilaksanakan selama tiga bulan dengan berpuasa serta berdoa meminta keselamatan bangsa dan negara yang aman, damai, dan sejahtera.

"Selama kawalu itu wisatawan dilarang memasuki kawasan Badui Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana, dan Cikeusik," kata Santa (45) seorang warga Badui saat dihubungi di Lebak, Minggu, 21 Januari 2018, dilansir Antara.

Tradisi Kawalu dirayakan tiga kali selama tiga bulan dengan puasa seharian. Kawalu Pertama dimulai pada Februari dan Maret, Kawalu dua serta Kawalu ketiga pada April mendatang.

"Kami berharap Kawalu itu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

2 dari 2 halaman

Terbuka Setelah Seba

Jelang Seba Baduy, masyarakat Baduy mendatangi Bupati Lebak yang mereka anugerahi sebagai Ibu Gede. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama).

Pemuka adat yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Jaro Saija, mengatakan pihaknya telah memasang papan peringatan di pintu gerbang Baduy di Ciboleger, agar pengunjung menaati hukum adat.

"Selama melaksanakan Kawalu, kondisi kampung Baduy Dalam sepi karena mereka meninggalkan aktivitas kegiatan di ladang dan lebih memilih tinggal di rumah-rumah," katanya.

Ia menambahkan, wisatawan kembali diperbolehkan mendatangi kawasan Baduy Dalam setelah Kawalu berakhir dan melaksanakan tradisi Seba dengan mendatangi bupati dan Gubernur Banten dengan membawa hasil-hasil bumi (pertanian).

"Setiap Seba masyarakat Baduy akan membawa hasil pertanian ladang, seperti gula merah, pisang dan petai," ujarnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya