Abu Gunung Agung Menyebar, Kemensos Salurkan 500 Ribu Masker

Kemensos menargetkan pengungsi dan masyarakat terdampak erupsi Gunung Agung dalam prioritas pertama penerima masker.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Nov 2017, 16:44 WIB
Anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) membagikan masker kepada para penyintas asal Bali di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, NTB. (Dok: Kemensos)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Sosial menyalurkan 500 ribu masker ke Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat. Langkah itu diambil menyusul letusan dan muntahan abu vulkanik Gunung Agung.

"Untuk Bali dropping dilakukan secara bertahap, tahap pertama 200.000 menyesuaikan situasi dan kondisi di lapangan," ungkap Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Rabu (29/11).

Pembagian masker terbanyak disalurkan ke Bali sejumlah 400 ribu masker. Sementara 100.000 ribu sisanya diberikan kepada Provinsi NTB.

Kemensos menargetkan pengungsi dan masyarakat terdampak erupsi Gunung Agung dalam prioritas pertama penerima masker. Adapun penyaluran dilakukan melalui Dinas Sosial daerah setempat.

Khofifah mengatakan, penggunaan masker untuk menghindari risiko terkena penyakit berbahaya, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Sampai hari ini, Rabu (29/11), erupsi fase magmatik disertai kepulan abu tebal terus-menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak. Kepulan abu dan sinar lava terus terlihat dari gunung setinggi 3.142 Mdpl tersebut.

Jumlah pengungsi yang terdata sejak status Gunung Agung naik dari Siaga menjadi Awas sebanyak 38.678 jiwa yang tersebar 225 titik pengungsian. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Agung dari level III (Siaga) menjadi level IV (Awas), Senin (27 November 2017).

 

2 dari 2 halaman

Jauhi Zona Bahaya

Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Margowiyono mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas apa pun di Zona Perkiraan Bahaya. Radiusnya 8-10 kilometer dari kawah Gunung Agung.

"Zona perkiraan berbahaya ini sifatnya bisa berubah bergantung pada arah dan kecepatan angin," tuturnya.

Kemensos terus memantau ketersediaan bahan makanan para pengungsi. Tim layanan dukungan psikososial (LDP) diterjunkan untuk memberikan trauma healing kepada pengungsi. Yang terutama, kata Margowiyono, kelompok rentan, yaitu lansia, ibu hamil, difabel, dan anak-anak.

"Khusus di GOR Swecapura, Kak Seto dan Kak Henny kami datangkan untuk menghibur anak-anak di pengungsian. Secara keseluruhan insyaallah pemerintah sudah sangat siap melakukan berbagai perlindungan masyarakat terdampak," terangnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya