PVMBG: Magma ‎Gunung Agung Terus Bergerak Naik

Seiring dengan naiknya fluida magma, aktivitas kegempaan di Gunung Agung masih terus terjadi.

oleh Dewi Divianta diperbarui 27 Sep 2017, 17:05 WIB
Suasana Gunung Agung Karangasem, Bali, Rabu (27/9). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan gunung tertinggi di Bali itu dalam masa kritis dan dapat meletus sewaktu-waktu karena aktivitasnya masih tinggi. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Karangasem - Gunung Agung masih menunjukkan aktivitas yang terus meningkat. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani menyebutkan, aktivitas kegempaan di gunung dengan ketinggian 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu masih terus terjadi.

"Hingga pukul 12.00 Wita ada 285 gempa vulkanik dalam dan 41 gempa vulkanik dangkal," ucap Kasbani, saat ditemui Liputan6.com di Pos Pemantauan Gunung Agung, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (27/9/2017).

Bahkan, menurut Kepala PVMBG, beberapa dari gempa yang bersumber dari Gunung Agung juga terasa cukup kencang.

"Di pos sini tadi kita rasakan cukup keras. Setidaknya ada enam gempa yang cukup keras dengan besaran kira-kira III-IV MMI (Modified Mercalli Intensity) skala guncangannya. Yang terasa itu gempa vulkanik dangkal," ujar dia.

Kasbani memaparkan, kegempaan Gunung Agung mengindikasikan bahwa fluida magma terus bergerak naik ke permukaan atau kawah puncak Gunung Agung.

"Nah, sementara itu belum ada alat ukur berapa kecepatan kenaikan fluida magma ke permukaan. Kita hanya indikasi-indikasi saja," katanya.

Selain itu, Kasbani mengungkapkan, Gunung Agung sekarang tertutup kabut dan awan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Asap Putih Mulai Keluar

Dua orang pria mengambil gambar Gunung Agung Karangasem, Bali, Rabu (27/9). Sebagian warga yang tinggal di kawasan rawan bencana di lereng timur laut Gunung Agung masih belum mengungsi meski gunung berstatus awas. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Sejak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM menetapkan status Awas pada Jumat malam pekan lalu, aktivitas Gunung Agung saat ini semakin meningkat. Gunung tertinggi di Bali itu sempat mengeluarkan asap putih setinggi 200 meter yang merupakan semburan uap air.

Keluarnya asap putih menandakan pemanasan air di bawah dengan magma semakin meningkat. Keluarnya uap air mengindikasikan magma sudah makin ke atas untuk mendobrak katup penutup kepundan. Jumlah kegempaan juga makin banyak dan kuat.

Dilansir Antara, Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM, Gede Suantika, mengatakan jumlah kegempaan vulkanik dangkal meningkat. Demikian pula kegempaan di kawah makin meningkat.

Berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Agung, pada Senin, 25 September 2017, periode pengamatan pukul 24.00 hingga 06.00 Wita, kegempaan vulkanik dangkal jumlahnya 102 kali, amplitudo 2-4 mm, dan durasi 10-15 detik.

Namun, intensitas gempa vulkanik dalam agak menurun dibandingkan dengan dua hari lalu. Berdasarkan laporan pos pengamatan, jumlahnya 125 kali, amplitudo 4-8 mm, S-P: 1.5-2.5 detik, durasi 15-30 detik. Begitu juga gempa tektonik lokal jumlahnya 14 kali, amplitudo 6-8 mm, S-P: 5-7 detik, durasi 30-60 detik.

Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3.142 meter di atas permukaan air laut itu secara visual kini diselimuti kabut 0-I hingga kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati.

Begitu juga kondisi cuaca berawan, mendung, dan hujan. Angin bertiup lemah ke arah barat. Suhu udara 22-23 derajat Celsius dan kelembaban udara 87-88 persen. Volume curah hujan sembilan milimeter per hari.

Sejak status Gunung Agung meningkat dari Siaga menjadi Awas. Wilayah steril yang semula radius enam kilometer dari puncak gunung kini diperluas menjadi sembilan kilometer, serta ditambah perluasan wilayah sektoral yang semula 7,5 kilometer menjadi 12 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara dan selatan-barat daya, sehingga masyarakat telah menjauh mencari tempat yang aman.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya