Ketua Umum PBNU: Demarkasi Kami dengan Kaum Radikal Jelas

Menurut Said, NU terus berkembang mengikuti zaman yang ada. Namun, tak pernah bergeser dari nilai-nilai ajaran awal.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 17 Apr 2017, 21:31 WIB
KH Said Aqil Siradj saat menerima pimpinan Emtek Group (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nahdlatul Ulama (NU) bertekad konsisten pada haluan yang dicanangkannya sejak kelahiran pada 1926. Di tangan Ketua Umum Pengurus Besar NU, KH Said Aqil Siradj,  organisasi Islam terbesar di Indonesia ini akan terus memperjuangkan Islam Nusantara.

Menurut Said, NU terus berkembang mengikuti zaman yang ada. Namun, tak pernah bergeser dari nilai-nilai ajaran awal.

"NU tidak pernah bergeser dari dulu. Dijuluki kampungan boleh. Namun, NU selalu mengawal dengan prinsip yang kuat," ucap Said di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2017), saat bertemu pimpinan Emtek Group.

Prinisp itu, menurutnya, adalah Islam yang membawa kedamaian serta membawa keharmonisan bagi umat manusia. Islam itu anti-kekerasan, anti-radikalisme, serta membawa kesejukan.

"Jika menyampaikan Islam dengan cara-cara kekerasan, saya ingatkan, Anda bertentangan dengan Islam yang benar, menyimpang dari nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah. Jadi demarkasi kami jelas dengan kaum radikal."

Said Aqil pun mencontohkan, bagaimana Nabi Muhammad membangun Negara Madinah tanpa membeda-bedakan suku dan agama. Di sana, hidup terbangun rukun di antara kaum Arab dan non-Arab, penganut Islam dan agama lainnya.

Ia juga menyatakan tak lupa dengan pesan Wali Songo, yang menempatkan budaya sebagai infrastruktur untuk agama. Jadi bukan malah sebaliknya. 

"Lihat saja, pemerintah, ulama, dan masyarakat bersatu. Lihat kantor pemerintahan, pasti di dekatnya ada masjid, kemudian di sana pasti ada alun-alun. Selain itu kita terus jalankan tahlilan. Ini kan membuat tidak ada permusuhan. Saya 14 tahun di Arab, enggak ada begitu," kata Said.

Said Aqil melanjutkan, contoh lain adalah bagaimana dia membudayakan batik dan tidak terjebak Islam ala Timur Tengah, yang menggunakan gamis.

"Sekarang bukan Arab, bukan keturunan habib, tapi pakai gamis. Kemudian dipakai demo," jelas Said.

Karenanya, dia menyatakan akan terus mengumandangkan konsep Islam Nusantara.

"Saya diundang di Al Azhar Mesir, di depan ulama-ulama besar, menyampaikan Islam Nusantara. Eh, selanjutnya malah sering diundang. Ke depan, kita juga diundang ke China," papar Said Aqil.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya