Dinamisnya Gamelan Jegog Bali Jadi Daya Tarik Warga Santa Cruz AS

Seorang seniman Bali di AS, mengenalkan dinamisnya instrumen asal Pulau Dewata dengan membentuk kelompok gamelan jegog Artha Negara.

oleh Citra Dewi diperbarui 20 Mar 2017, 09:36 WIB
Anggota kelompok gamelan jegog Artha Negara di Santa Cruz, California. (VOA)

Liputan6.com, Santa Cruz - Gamelan Bali dikenal dinamis, terlebih gamelan jegog yang berukuran besar dan terbuat dari bambu, di mana para pemainnya harus berdiri untuk memainkannya.

Namun seorang seniman Bali asal Jembrana yang tengah menempuh pendidikan doktoral di UC Santa Cruz, I Gede Oka Artha Negara, menambah keunikan lagi dalam permainan instrumen tradisional tersebut.

Pada tahun 2013 di Santa Cruz, Oka membentuk kelompok gamelan jegog bernama "Artha Negara". Tak hanya sekadar memainkan instrumennya, para pemainnya bahkan bermain sambil berjoget.

"Jadi gamelan Artha Negara sesuai dengan namanya. Gamelan, ya, gamelan. Artha Negara karena gamelan ini ada di Negare, yaitu Bali bagian barat. Lalu, Artha adalah hartanya negara. Kebetulan saya juga nama saya Artha Negara," kata Oka seperti dikutip dari VOA, Senin (20/3/2017).

Menurut Oka, untuk bermain gamelan jegog yang terbuat dari bambu ini diperlukan postur badan yang gagah. Ia juga mencatat pentingnya gerakan dan ekspresi muka, tangan dan kaki.

Menurut salah satu anggota Artha Negara, Adrian James Warlick, bermain gamelan jegog ramai-ramai sembari berdiri adalah salah satu daya tariknya.

"Saya suka alat musik perkusi, jadi dapat bermain gamelan jegog sambil berdiri seru banget. Semua anggotanya main bersama, itulah yang paling saya suka, main gamelan bersama-sama," kata Adrian.

Bagi para anggotanya, daya tarik gamelan jegog itu tidak hanya terletak pada kebebasan dalam mengekspresikan musik yang dimainkan.

"Buat saya, gamelan jegog memiliki suasana kesukuan sebuah pulau. Musiknya tidak ada nada elemen perkusi metal, pokoknya suasananya seperti di Bali," ujar Amanda Rose Love Land, anggota kelompok gamelan tersebut.

Menurut anggota lainnya, Zeki Schwartz, musik gamelan jegong menimbulkan perasaan kuat bagi pendengarnya.

"Struktur musiknya sangat berbeda dari musik Barat karena penekanannya di akhir bukan di awal. Musiknya seperti terus berputar seperti tidak ada habisnya," tambah Zeki.

Bagi Oka yang sudah menekuni tari dan gamelan Bali sejak usia lima tahun, kesempatan menetap di Amerika membuka peluang baginya untuk memperkenalkan Indonesia melalui pementasan gamelan jegog.

"Terus terang saya bangga sekali sebagai orang Indonesia di Amerika. Saya jadi senang kebudayaan kita dicintai disini, disenangi dan mendapatkan tempat di hati masyarakat," kata Oka.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya