Lubang Resapan Biopori, Alternatif Cegah Banjir

Selain mengatasi banjir, lubang resapan biopori bermanfaat bagi kelangsungan sumber air dan kesuburan tanah. Metode ini pertama kali ditemukan Kamir R. Brata, dosen IPB pada 2007.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Jan 2010, 03:19 WIB
Liputan6.com, Bogor: Saat musim hujan tiba, seringkali genangan air terlihat dimana-mana karena aliran air tersumbat. Mengatasi kondisi itu, ada baiknya diterapkan metode lubang resapan biopori. Lubang ini bermanfaat bagi kelangsungan sumber air dan kesuburan tanah.

Metode lubang biopori pertama kali ditemukan Kamir R. Brata, dosen Ilmu Tanah, Air, dan Konservasi Lahan di Institut Pertanian Bogor sekitar awal 2007 silam. Ia mengenalkan metode itu dengan alat bor biopori. Alat yang memiliki lingkar besi meruncing ini bisa mengebor tanah hingga kedalaman mencapai satu meter dan berdiameter 10 centimeter.

Lubang yang digali selanjutnya diberikan sampah organik, seperti dedaunan dan sisa makanan. Dimasukkan ke dalam sebagai bagian dari menutupi lubang agar memiliki pori-pori dan bisa dimakan hewan serta bakteri hingga terurai menjadi kompos. Di lubang itu juga air hujan maupun air sungai meresap ke tanah sehingga tak menggenang menjadi banjir.

Nah bila setiap rumah memiliki lubang biopori rata-rata lima hingga sepuluh, maka bisa menekan terjadinya banjir dan genangan di beberapa daerah, terutama di dataran rendah seperti Jakarta. "Sebenarnya tanggung jawab kita supaya air hujan tidak terbuang kemudian mengumpul menjadi banjir di tempat rendah," ucap Kamir.(AIS)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya