Penjelasan BMKG Kenapa Gempa Mentawai Tak Memicu Tsunami

BMKG mengimbau agar warga tak panik karena gempa tidak akan menimbulkan tsunami.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 03 Mar 2016, 07:43 WIB
Ilustrasi gempa | Via: liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Gempa berkekuatan 7,8 Skala Richter (SR) mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Gempa tersebut terjadi pada pukul 19.49 WIB Rabu malam tadi.

Hasil analisis BMKG menunjukkan, episenter gempa bumi ini terletak pada koordinat 4,92 derajat lintang selatan dan 94,39 derajat bujur timur dengan kedalaman hiposenter 16 kilometer. Tepatnya di Samudera Hindia pada jarak 636 kilometer arah Barat Daya Mentawai.

Guncangan gempa bumi dirasakan di Kepulauan Mentawai dan Kota Padang hanya mencapai skala intensitas II-III skala Mercalli Modify Intensity (MMI). Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan bangunan rumah sebagai dampak dari peristiwa itu.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, lindu di Mentawai merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar mendatar.

Posisi episenter, kata dia, menunjukkan bahwa pusat gempa bumi ini terletak di bagian utara dari zona Cekungan Wharton yang memang banyak terdapat segmen spreading ridge.

"Cekungan Wharton memiliki kaitan dengan pergerakan dasar Samudra Hindia dan zona-zona patahan di sekitarnya. Lokasi ini berada di antara Kepulauan Mentawai dan zona Ninetyeast Ridge," kata Daryono seperti dikutip di twitter BMKG, Kamis (3/3/2016).


Ninetyeast Ridge merupakan punggungan dasar laut di Samudera Hindia. Punggungan ini memiliki panjang sekitar 5.000 kilometer dari Teluk Benggala ke selatan hingga sebelah barat Benua Australia. Punggungan ini diduga terbentuk oleh proses geologis jejak pergerakan benua mikro India dari selatan ke utara sejak 71 juta tahun lalu.

"Tentu saja di dekat ridge ini, pada masa pembentukannya juga banyak terjadi gempa bumi, yang mirip dengan investigator ridge di sebelah Timurnya, yang juga menyebabkan terjadinya gempa bumi yang berpusat di tengah samudera," kata dia.

Hasil analisis mekanisme sumber gempa bumi yang dilakukan BMKG, lanjut Daryono, menunjukkan nilai parameter sesar akibat gempa bumi memiliki nilai strike 5 derajat dan dip 84 derajat.

"Ini berarti bahwa gempa bumi yang terjadi dibangkitkan oleh sebuah aktivitas sesar mendatar dengan arah jurus sesar yang berarah utara-selatan," lanjut dia.

Terkait hubungan antara tektonik dan aktivitas kegempaan, maka parameter sesar di atas menunjukkan adanya relevansi terkait kondisi tektoniknya.

"Patut disyukuri bahwa peristiwa gempa bumi kuat ini dibangkitkan oleh sesar dengan arah pergerakan mendatar, sehingga tidak memicu terjadinya tsunami," ujar dia.

Verifikasi yang dilakukan dengan peralatan monitoring pasang surut air laut (tsunami gauge) yang tersebar di pantai barat Sumatera disimpulkan bahwa tsunami memang tidak terjadi.

BMKG secara resmi mengakhiri peringatan dini tsunami tepat pada pukul 22.32.42 WIB. Pantai barat Sumatera, kata dia dinyatakan aman sehingga bagi masyarakat pesisir pantai yang sempat melakukan evakuasi dihimbau untuk kembali ke rumah-masing.

Hingga hari Kamis dini hari pukul 03.00 WIB, kata dia, tercatat ada 6 aktivitas gempabumi susulan dengan kekuatan yang terus mengecil. Berdasarkan data gempa bumi susulan ini diyakini bahwa tidak akan terjadi gempa bumi dengan kekuatan yang lebih besar.

"Untuk itu masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh isu. Pastikan bahwa informasi terkait gempa bumi dan tsunami bersumber dari BMKG," kata Daryono.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya