Rantai Komando Soeharto yang Perlu Ditiru Jokowi

8 tahun lalu Soeharto mengembuskan napas terakhirnya pada usia sepuh, 87 tahun.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 27 Jan 2016, 18:27 WIB
Almarhum Presiden RI ke-2 Soeharto tiba untuk menghadiri pertemuan puncak Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Museum Antropologi dari Universitas British Columbia, Vancouver,Kanada (25/10/1997). (AFP PHOTO/John GIBSON)

Liputan6.com, Jakarta - 8 tahun lalu Soeharto mengembuskan napas terakhirnya pada usia sepuh, 87 tahun. Dia wafat pada 27 Januari 2008, setelah menjalani perawatan selama 23 hari sejak 4 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofyan Wanandi mengagumi rantai komando di zaman pemerintahan Presiden Soeharto. Menurut dia, keputusan atau kebijakan pemerintah pusat bisa diterapkan sampai ke daerah.

"Hebatnya dia bisa gunakan orang dengan baik, well planned, dan dikerjakan secara konsekuen. Apa yang diputuskan, disposisi juga sampai ke bawah, tidak berubah," kata Sofyan, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (27/1/2016).

Sofyan menuturkan, pemerintahan Jokowi-JK perlu meniru hal tersebut. Namun, ia mengakui sulit untuk menerapkannya karena sistem pemerintahan sekarang adalah demokrasi, bukan otoriter.

"Situasinya lain, memang kita perlu koordinasi dan harus lebih baik," tegas Sofyan.

Jasa-jasa Soeharto

Sofyan Wanandi juga meminta masyarakat tidak lupa akan jasa-jasa yang pernah disumbangkan almarhum Soeharto selama memimpin 32 tahun. Hal ini disampaikan terkait peringatan sewindu wafatnya Pak Harto.

"Kita kadang lupa juga jasa-jasa orang. Semua pemimpin ada baik dan buruk, tapi Pak Harto lebih banyak kebaikan dalam pembangunan ekonomi," tutur Sofyan.

Selama 20 tahun awal pemerintahannya, lanjut dia, Soeharto memimpin dengan baik. Saat itu, ia dinilai sukses meletakkan dasar pembangunan Indonesia.

Namun, masa kelam Soeharto memang tidak bisa dipungkiri terjadi dan menjadi bagian dari sejarah.

"Setelah 20 tahun awal itu, mulai ada macam-macam kepentingan. Ada orang dekatnya yang bikin kacau, dengan monopoli. Misalnya diberikan ke Tommy, anaknya, dan segala macam. Inilah kejatuhan Pak Harto sehingga menjatuhkan ekonomi kita," papar mantan Ketua Umum Apindo ini.

Mencari Orang Terbaik

Presiden Soeharto memang dikenal sebagai sosok otoriter yang memimpin Indonesia mulai dari 1967 hingga 1998. Meski demikian, ia merupakan pemimpin yang selalu mengerjakan pekerjaan rumahnya atau PR.

"Dia sangat komitmen dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya, mencari orang-orang terbaik yang ia punya, terutama di bidang ekonomi," kata Sofyan Wanandi.

Sofyan menuturkan pula, pria yang akrab disapa Pak Harto itu merupakan pemimpin dengan rencana untuk jangka panjang. Julukan Bapak Bangsa pun memang pantas disematkan padanya.

"Saya pikir apa pun Pak Harto dalam pembangunan ekonomi, apa pun yang dilakukan dalam 20 tahun pertama menurut saya baik sekali," tegas Sofyan.

Presiden Soeharto meninggal pada 27 Januari 2008. Presiden RI ke-2 ini meninggal setelah dirawat RSPP Pertamina Jakarta Selatan selama 23 hari.

Pada pukul 13.10 WIB, Soeharto yang dijuluki Bapak Pembangunan itu meninggal dalam usia 87 tahun, disebabkan kegagalan multiorgan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya