Cek Data, Polisi Panggil Hanny Saksi Kunci 'Kopi Mirna' Lagi

Kondisi psikologis Hanny panik menghadapi detik-detik sebelum Mirna meninggal dunia, saat mengalami kejang dan mulut berbusa.

oleh Audrey Santoso diperbarui 25 Jan 2016, 15:41 WIB
Direktur Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti (depan) tiba di Cafe Olivier Grand Indonesia, Jakarta, (19/1/2016). Kepolisian kembali melakukan rekonstruksi sampel kasus kopi beracun. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Unit I Subdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya memanggil kembali Hanny teman minum kopi mendiang Wayan Mirna Salihin.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti, menjelaskan penyidiknya mengulang beberapa pertanyaan kepada perempuan berparas oriental tersebut. Hal ini karena keterangan Hanny berbeda dengan data kepolisian.

"Ada beberapa pertanyaan yang dikaji ulang dari hasil analisa kronologis yang kami miliki. Karena ada keterangannya yang berbeda dengan yang kami miliki. Kita cek lagi," ungkap Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (25/1/2016).

Krishna membeberkan, kondisi psikologis Hanny panik menghadapi detik-detik sebelum Mirna meninggal dunia, saat mengalami kejang dan mulut berbusa. Sehingga saat penyidik menunjukkan petunjuk-petunjuk yang hendak disesuaikan, keterangan Hanny memberikan keterangan yang tak signifikan kecocokannya.

"Hanny ini kan orangnya panik. Waktu itu kita tanya, mungkin dia tidak ingat. Kita tunjukkan sesuatu apakah dia mengingat-ingat lagi. Karena dia kan panik, ya kalau panik bisa lupa. Karena lupa, kita ingatkan lagi," terang Krishna.

Hanny, teman ngopi Wayan Mirna Salihin dan Jessica Kumala Wongso, memenuhi panggilan penyidik Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya. Hanny datang didampingi seorang perempuan yang selalu berada di dekatnya.

Pantauan Liputan6.com, Hanny berjalan cepat di koridor Gedung Ditreskrimum. Mengenakan blus merah muda dan rok polkadot hitam putih selutut, Hanny berlari ketika dihampiri usai pemeriksaan, sekitar pukul 13.30 WIB.

Dia yang sedang menunggu mobil di sebelah gedung pun nekat membuka pintu ruang piket Subdit Jatanras dan masuk ke dalam. Di sana Hanny menangis di pelukan perempuan berbaju putih yang mendampinginya.

Sepanjang disorot kamera, saksi kunci kematian Mirna ini terus menunduk dan membiarkan rambutnya menjuntai ke bawah, menutupi wajah. Seorang perempuan berbaju putih terlihat mengusap-usap punggung Hanny yang tengah menangis tersedu-sedu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya