Soal Teroris, Rokhmin Desak Pemerintah Awasi 3 Titik Ini

Sejauh ini pengawasan dan peningkatan keamanan di jalur perbatasan maritim Indonesia masih belum maksimal.

oleh Panji Prayitno diperbarui 17 Jan 2016, 19:42 WIB
Dua petugas memeriksa mobil pick up saat razia di perbatasan Malang-Kediri di Jalan Raya Kandangan, Kediri, Jawa Timur. Polisi perketat penjagaan pasca serangan bom bunuh diri di Mapolres Kota Cirebon

Liputan6.com, Cirebon - Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong Rokhmin Dahuri mengingatkan, pemerintah wajib memperketat pengawasan dan penjagaan di jalur perbatasan laut Indonesia.

Hal ini terkait, pintu masuk gerakan radikal dan penyuplaian senjata serta bahan peledak yang kemarin telah meneror Jakarta.

"Ada tiga titik jalur perbatasan negara yang dimungkinkan menjadi pintu masuk," ujar Rokhmin Dahuri di sela kegiatannya di Cirebon, Jawa Barat, Minggu (17/1/2016).

Ketiga titik itu, yakni pertama Selat Malaka, kedua jalur Sarawak, Malaysia yang berbatasan dengan Indonesia di Kalimantan. Tiitik ketiga adalah kawasan yang berbatasan dengan Filipina seperti Papua dan Maluku Utara.

"Tiga titik yang paling mungkin masuknya pergerakan jaringan Islam radikal atau aktivitas apa pun yang berpotensi merugikan negara serta membuat masyarakat resah," sebut Rokhmin.

Dia juga mengakui, sejauh ini pengawasan dan peningkatan keamanan di jalur perbatasan maritim Indonesia masih belum maksimal. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

Sementara jangkauan aparat keamanan menjaga wilayah perbatasan masih belum banyak. Artinya, lanjut Rokhmin, peluang penyelundupan senjata maupun orang sangat mungkin terjadi.

"Kalau lewat jalur bandara kan sudah dipastikan ketat. Jadi kecil kemungkinan buruh migran atau rekrutmen teroris berangkat lewat bandara. Apalagi menyelundupkan senjata," sebut Rokhmin.

Dia juga meminta pemerintah harus melakukan berbagai pendekatan represif dan menyusun program jangka panjang.

"Jangka panjangnya, program ekonomi tujuannya agar tidak menambah pengangguran terlalu banyak. Karena dugaan kuat teroris asal Indonesia salah satunya tidak memiliki penghasilan bulanan," tandas Rokhmin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya