Respons Mendikbud Soal LKS Kontroversial di Malang

Salah satu bagian dalam LKS itu bercerita tentang seorang ibu yang rela menjual harga dirinya demi memenuhi kebutuhan anaknya.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 16 Nov 2015, 13:04 WIB
Semangat Belajarnya sungguh mengagumkan, meski dengan fasilitas terbatas, dia bisa berprestasi.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, dunia pendidikan Tanah Air dikejutkan dengan keluarnya lembar kerja siswa (LKS) kontroversial di Malang. Salah satu bagian dalam LKS itu bercerita tentang seorang ibu yang rela menjual harga dirinya demi memenuhi kebutuhan anaknya.

LKS yang berjudul Insan Bermartabat tersebut dikeluarkan Dinas Pendidikan Kota Malang yang dirancang oleh guru-guru kelompok kerja seluruh Kota Malang.

Menanggapi hal ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan angkat bicara. Dia berpendapat masalah itu bisa terjadi akibat beberapa faktor.

"Satu, kontrol, dan yang kedua kalau dikerjakan serius, (hal itu) enggak akan terjadi kok," ucap Anies di kantornya di Jakarta, Senin (16/11/2015).

"Yang terjadi itu, copy paste gak dibaca lagi. Kalau itu pegawai dikbud, sudah saya skors," sambung dia.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis 12 November 2015, pada halaman 34 yang berisi rangkuman wawasan, ada kata-kata yang tertulis seolah mendukung seorang ibu menjadi pekerja seks komersial.

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Kota Malang merupakan salah satu sekolah yang kebagian jatah sekitar seratusan buku. Menurut pihak sekolah, buku ini belum sempat dibagikan. Mereka akan membagikannya kepada siswa kelas 5 SD setelah dikoreksi.

"Kalau di sini tadi (bukunya) dari K3S. Tadi di-share di WhatsApp, sekolah supaya antisipasi kalau di halaman ini (halaman 34) ada kata-kata seperti ini. Langkah yang dilakukan sekolah ya itu tadi, di-tip-ex (hapus) terus diganti kalimatnya. Enggak ada penarikan buku," ucap Kepala SDIT Ahmad Yani Mutini. (Din/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya