Industri Otomotif RI Punya Tugas Salip Thailand

Indonesia telah mampu menjadi negara produsen otomotif ke-2 terbesar di ASEAN setelah Thailand.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Jul 2015, 21:09 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Industri otomotif Indonesia tengah menggarap pekerjaan besar, yaitu menyalip Thailand dalam produksi serta ekspor kendaraan roda empat dan memperkuat daya saing industri otomotif nasional agar tidak tergerus produk impor.

Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengungkapkan, kedua hal itu sekaligus untuk memenangi persaingan menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)akhir 2015 nanti.

"Indonesia telah mampu menjadi negara produsen otomotif ke-2 terbesar di ASEAN setelah Thailand. Kita harus bisa menyalip karena industri kita mampu serta pasar ekspor dan domestik yang besar," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (6/7/2015).

Dia menjelaskan, saat ini Thailand telah mampu memproduksi sekitar 2,5 juta kendaraan per tahun, di mana 50 persennya untuk pasar ekspor.

Sedangkan Indonesia mengekor dengan kemampuan produksi 1,2 juta unit per tahun dan masih berorientasi pasar domestik yang ditopang populasi kelas menengah.

Berdasarkan data AC Nielsen, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dengan kategori kelas menengah di ASEAN pada periode 2012-2020 akan mencapai 110,5 persen, sedangkan Indonesia mencapai 174 persen, tertinggi diantara seluruh negara ASEAN.

"Hal ini mengindikasikan permintaan kendaraan bermotor dalam negeri akan semakin meningkat. Sekaligus memantapkan optimisme kita bisa mengubah paradigma menjadi pengekspor dan jadi salah satu basis produk otomotif di ASEAN dan dunia," kata dia.

Saleh mengungkapkan, program pengembangan industri otomotif ke depan memiliki empat tujuan. Pertama, untuk mengimbangi kompetisi dan impor kendaraan khususnya dari ASEAN. Kedua, mendorong investasi.

Ketiga, mendorong kemandirian Indonesia di bidang teknologi otomotif melalui penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Dan keempat, pengembangan dan pengamanan pasar dalam negeri sebagai basis untuk mengembangkan industri otomotif yang mandiri dan berdaya saing global.

Menurut dia, selain menyediakan sarana angkutan orang maupun barang, industri otomotif juga berperan memberikan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, tenaga kerja yang terserap di sektor ini telah mencapai sekitar 1,3 juta orang yang terserap pada industri perakitan hingga industri komponen dan aktifitas ekonomi ikutan lainnya seperti perbengkelan dan jaringan purna jual.  
Hal inilah yang mendasari sehingga industri otomotif dijadikan sebagai salah satu industri prioritas dalam kebijakan industri nasional. Industri otomotif juga termasuk dalam kelompok industri unggulan masa depan.

"Pembangunan industri otomotif ke depan harus diarahkan pada peningkatan daya saing secara fundamental dan berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara sinergis dan optimal," tandasnya. (Dny/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya