Liputan6.com, Jakarta - PT Samsung Electronics Indonesia meresmikan pengoperasian pabrik perakitan telepon seluler di Indonesia. Pabrik tersebut ditargetkan mampu memproduksi sekitar 1 juta hingga 1,5 juta unit ponsel per bulan.
Menteri Perindustrian, Saleh Husin mengatakan, dengan adanya pabrik perakitan telepon seluler di dalam negeri, diharapkan mampu menekan impor yang jumlahnya mencapai 54 juta ponsel per tahun. "Selama ini impor cukup besar," ujarnya di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (16/6/2015).
Saleh menjelaskan, pangsa pasar (market share) telepon seluler Samsung di Indonesia mencapai 40 persen. Dengan pangsa pasar sebesar itu, produksi telepon seluler Samsung di dalam negeri akan mampu mensubstitusi impor. "Samsung market share 40 persen. Kalau bisa dipasok dari dalam negeri akan bisa kurangi impor," lanjut dia.
Selain itu, Saleh juga berharap langkah Samsung ini diikuti oleh produsen ponsel lain sehingga Indonesia tak lagi ketergantungan pada ponsel impor. "Ini bisa jadi pemicu bagi merk lain. Kita juga berharap instansi lain bisa menjaga masuknya produk-produk ilegal yang menguras dan membebani industri di dalam negeri," tandasnya.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, Indonesia cukup getol impor mesin dan peralatan listrik terutama peralatan elektronik di antaranya ponsel pada Januari-April 2015 dibanding periode sama tahun lalu. Hal ini terjadi karena ada perang harga antar negara-negara ASEAN dalam menjual produknya.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang diikuti penurunan harga minyak dunia justru mendorong harga jual sejumlah produk dari negara ASEAN semakin murah. Akhirnya terjadi persaingan atau perang harga.
"Walaupun dolar naik, harga turun lebih tajam. Ada perang harga karena produksi perusahaan di negara-negara ASEAN sudah banyak, sehingga timbul persaingan. Mumpung harga murah, kita banyak beli (impor)," ucap dia.
Kata Sasmito, persaingan atau perang harga terjadi antar China, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, dan Malaysia mengingat produksi barang di negara tersebut berlimpah. "China menjual barang yang kadang harganya tidak masuk akal. Harga yang harusnya Rp 2 juta, dijual Rp 700 ribu. Mungkin manfaatnya serupa, tapi soal kualitas tidak tahu," ujar Sasmito.
Impor paling dominan yang dikirim ke Indonesia, sambung dia, berupa ponsel. Ponsel tercatat masuk dalam kategori barang mesin dan peralatan listrik. Dari catatannya, impor mesin dan peralatan listrik pada Januari-April 2015 mengalami kenaikan 7,31 persen menjadi US$ 2,3 miliar dari periode yang sama 2014 sebesar US$ 2,19 miliar. (Dny/Gdn)
Samsung Buka Pabrik di RI, Impor Ponsel Diharap Turun
Menteri Perindustrian Saleh Husin berharap langkah Samsung diikuti oleh produsen ponsel lain sehingga Indonesia tak lagi pada ponsel impor.
diperbarui 16 Jun 2015, 13:12 WIBSamsung Galaxy S5 (Liputan6.com)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Mengenal Narcissistic Personality Disorder (NPD)? Ini Penyebabnya Menurut Ustaz Faizar
Live Report Piala Asia U-23 2024 Timnas Indonesia vs Uzbekistan: Siapa Lolos ke Final?
VIDEO: Bus AKAP Dilempari Batu oleh Orang Tak Dikenal di Jalintim Palembang-Jambi
VIDEO: Detik-detik Pria Bawa Pistol di Kab. Bandung, Kini Sudah Diamankan Polisi
Luar Biasa, Peternak Kambing Banjarnegara Ubah Kotoran Kambing Menjadi Energi Alternatif
Adu Pemain Termahal Timnas Indonesia Vs Uzbekistan, Siapa Juaranya?
Reaksi Polisi Saat Rio Reifan Ngaku Khilaf Pakai Narkoba: Setiap Tersangka Selalu Bilangnya Khilaf
Pokmas Bantah Kasus Perkosaan Gadis 17 Tahun di Area Wisata Pantai Pulau Merah
Top 3 Hari Ini: Selvi Ananda Tampil Beda dengan Rambut Panjang Bergelombang ala Hong Hae In Queen of Tears, Warganet Ramai-Ramai Panggil Bu
Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-60, Kakanwil Kemenkumham Lampung: Pemasyarakatan Bukan untuk Menjerakan
Cetak Sejarah Baru, Harry Kane Kejar Rekor Robert Lewandowski
Prabowo Rajin Dampingi Jokowi, Pengamat: Pertanda Transisi Mulus