Evakuasi AirAsia QZ8501, 19 Penyelam TNI AL Alami Dekompresi

Terkait operasi pencarian dan evakuasi itu, Basarnas mengonfirmasi bahwa 19 penyelam TNI Angkatan Laut (AL) mengalami dekompresi.

oleh Oscar Ferri diperbarui 28 Jan 2015, 15:51 WIB
Anggota TNI AL memantau lokasi penyelaman massal di pantai Malalayang, Manado, Sulut. Sebanyak 2497 penyelam ambil bagian dalam pemecahan rekor dunia dan upacara kemerdekaan RI bawah air.(Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ8501 ‎memasuki hari ke-31. Selama sebulan itu, Tim SAR Gabungan telah menemukan dan mengevakuasi Flight Data Recorder (FDR), Cockpit Voice Recorder (VCR), serta 70 jenazah korban yang merupakan penumpang serta kru pesawat.

Terkait operasi pencarian dan evakuasi itu, Badan‎ SAR Nasional (Basarnas) mengonfirmasi bahwa 19 penyelam TNI Angkatan Laut (AL) mengalami dekompresi. Dekompresi adalah suatu keadaan di mana akumulasi nitrogen dalam tubuh selama menyelam membentuk gelembung udara yang justru menyumbat aliran darah serta sistem saraf.

"19 Penyeleman mengalami dekompresi," kata Kepala‎ Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (28/1/2015).

Bambang menjelaskan, para penyelam yang mengalami dekompresi itu akan mendapat penanganan khusus. Namun, dia tidak menjelaskan secara detil perawatan seperti apa yang akan dilakukan terhadap 19 penyelam itu. "Nanti ada threatmen tersendiri," ucap dia.

Bambang dalam kesempatan ini juga memastikan, untuk penyelam Basarnas belum ada yang‎ mengalami penyakit saat menyelam tersebut. "Penyelam kita belum ada dekompresi," kata Bambang.

Selama operasi berlangsung, Tim SAR Gabungan telah berhasil mengevakuasi 70 jenazah penumpang, di mana 55 di antaranya telah berhasil diidentifikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri.

Selain jenazah, Tim SAR Gabungan juga berhasil menemukan black box atau kotak hitam Pesawat AirAsia QZ8501, yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Kini rekaman pada FDR dan CVR tengah diteliti oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). (Ado/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya