Pengamat Ragukan Rekam Jejak Calon Dirjen Pajak

Forum Pajak Berkeadilan mempertanyakan kelulusan lima dari tujuh nama kandidat yang justru dinilai bermasalah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 31 Des 2014, 09:50 WIB
ilustrasi Pajak (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta Panitia Seleksi (Pansel) seleksi terbuka pimpinan tinggi madya mengumumkan tujuh nama calon Direkur Jenderal (Dirjen) Pajak.

Namun Forum Pajak Berkeadilan mempertanyakan kelulusan lima dari tujuh nama kandidat yang justru dinilai bermasalah.

"Kami sangat khawatir terhadap rekam jejak serta integritas lima calon," ucap Peneliti Forum Pajak Berkeadilan, Wiko Saputra dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (30/12/2014).

Wiko pun merasa heran terhadap proses seleksi Dirjen Pajak. Pasalnya, kata dia, saat seleksi memasuki tahapan wawancara dengan Menteri Keuangan, kandidat Dirjen Pajak akan mengerucut menjadi tiga sampai lima orang saja. Namun pada kenyataannya berbeda.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Pansel sekaligus Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo. Menurutnya, Pansel akan menyerahkan lima nama yang akan maju untuk diwawancarai Menteri Keuangan.

"Artinya akan ada mekanisme seleksi di luar Pansel, karena secara tahapan seleksi kemarin sudah seleksi akhir," tambah Wiko.

Dia berpendapat, Pansel sengaja membuka ruang untuk kepentingan politik terhadap pemilihan ketujuh kandidat Dirjen Pajak ini. "Bisa jadi akan ada bidding politik terhadap tujuh calon itu," tegasnya.

Dari catatan Wiko, Forum Peneliti Pajak Berkeadilan membeberkan rekam jejak ketujuh calon Dirjen Pajak :

1. Catur Rini Widosari

Direktur Keberatan dan Banding Ditjen Pajak ini tidak pernah menjabat di Kantor Wilayah Ditjen Pajak sehingga tidak pernah dikejar target penerimaan pajak. Kabarnya Catur terlibat kasus Gayus Tambunan.

"Isu ini perlu di-clear-kan oleh penegak hukum, karena ada aliran dana Gayus di rekeningnya (Catur). Jadi perlu melibatkan PPATK untuk mencari informasi ini," kata Wiko.

Keuntungannya, Catur merupakan calon perempuan yang kemungkinan akan diajukan ke Presiden. Sayangnya Catur Rini Widosari mendapatkan dua rapor merah yaitu Kepribadian dan uji publik.

2. Sigit Priadi Pramudito

Kepala Kanwil Wajib Pajak Besar ini mempunyai harta kekayaan luar biasa besar. Sigit memiliki aset properti puluhan miliar rupiah di Jakarta.

"Aset ini perlu ditelusuri darimana asalnya, karena nggak logis seorang PNS mempunyai puluhan rumah mewah di Ibukota," tegas Wiko.

Sementara dari segi pengalaman, Sigit cukup lama menjabat dan sangat dipercaya sebagai Kakanwil Wajib Pajak Besar yang menjadi posisi strategis di Ditjen Pajak.

3. Poltak Maruli Jhon Liberty Hutagaol

Seorang Direktur Peraturan Perpajakan II Ditjen Pajak yang secara kompetensi sangat bagus. Profesor perpajakan ini kaya pengalaman dan memiliki jaringan internasional sangat kuat.

Hanya saja kabar berhembus bahwa keluarganya memiliki perusahaan konsultan pajak. Perusahaan tersebut perlu ditelusuri oleh Pansel.

"Apakah ada kepentingan tertentu yang selama dia menjabat memberikan fasilitas pada perusahaan keluarganya. Pansel harus tegas dan hati-hati melihat kasus Poltak, apalagi mendapat rapor merah uji publik," tutur Wiko.  

4. Puspita Wulandari

Sekretaris Komite Pengawas Perpajakan itu berpeluang besar dan bersaing dengan Catur Rini Widosari untuk memperebutkan kuota perempuan di dalam penetapan tiga calon yang akan dipilih oleh Presiden.

Wiko menilai, kompetensi Puspita sangat bagus. Lulusan luar negeri ini sangat dekat dengan beberapa petinggi di pemerintahan dan partai politik.

"Tapi harta kekayaannya sangat besar dan ini perlu ditelusuri juga, termasuk kabar soal rekening gendutnya. Puspita mendapat rapor merah mengenai kepribadian," terangnya.

5. Ken Dwijugiasteadi

Ken merupakan sosok calon yang malang melintang menjadi Kakanwil Ditjen Pajak. Sarat pengalaman memimpin Kanwil, karena sekarang dia menjabat sebagai Kakanwil Jawa Timur I.

Dia termasuk orang yang paling intensif membangun sistem perpajakan di beberapa Kanwil Ditjen Pajak hingga memberantas mafia pajak di daerah. Ken mengantongi rapor merah di Inspektorat Jenderal.

6. Rida Handanu

Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penerbitan Sumber Daya Manusia ini tidak mencatatkan rapor merah. Padahal dia terlibat dalam berbagai kasus besar yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia selalu lolos dalam tahap berikutnya dan hanya bawahannya yang menerima hukuman.

7. Suryo Utomo

Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian Ditjen Pajak ini merupakan calon paling muda dan sangat pintar.

"Tapi kabarnya dia terseret kasus mafia pajak. Ini juga perlu ditelusuri oleh Pansel karena jika dilihat dari laporan harta kekayaannya cukup besar dan harus dipertanggungjawabkan dari mana asalnya. Sigit pun mendapat rapor merah dari Itjen dan uji publik," pungkas Wiko.(Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya