CEO PSIS: Kami Dibunuh Komdis PSSI

Yoyok kesal karena PSSI tak memeriksanya.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 24 Nov 2014, 10:47 WIB
PSIS Semarang

Liputan6.com, Semarang- PSIS Semarang sudah dikenai sanksi diskualifikasi. Pemain, pelatih, dan manajemen juga telah dihukum akibat kasus sepak bola gajah. Namun, CEO PT Mahesa Jenar yang mengelola PSIS, AS Sukawijaya, merasa heran karena sebelum komdis menjatuhkan sanksi ia tak diperiksa.

"Saya siap bertanggungjawab. Hujatlah saja, bunuhlah saya, tetapi jangan bunuh PSIS," kata pria yang akrab disapa Yoyok Sukawi itu.
 
Yoyok yang memang gemar sepak bola sejak kecil itu menyebut bahwa tahun ini merupakan masa terburuk PSIS sejak dibentuk. 
 
"Sebelum saya ambil alih, PSIS sudah mati suri. Tak ada satupun yang sanggup mengelola karena memang butuh biaya besar. Pemerintah juga tak mau memfasilitasi agar PSIS bisa survive. Karena kecintaan saya pada sepakbola dan PSIS, maka saya ikhlas keluar banyak duit untuk membiayai," kata Yoyok di sekretariat PSIS, Senin (24/11/2014).
 
Perjuangan seluruh pemain dan manajemen agar survive kandas karena tiga gol bunuh diri saat melawan PSS Sleman di Lapangan AAU Yogyakarta, Minggu 26 Oktober lalu. 
 
”Saya ingin bertemu Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan, karena saya yang paling bertanggung jawab. Kasihan pemain, pelatih. Larangan beraktivitas sepak bola seumur hidup sangat berat. Ini namanya tidak melakukan pembinaan melainkan pembinasaan bagi karier para pemain,” katanya. 
 
Yoyok berkali-kali menyampaikan permintaannya agar Komdis PSSI memanggil dan memeriksanya. Yoyok merasa paling bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Namun demikian, Komdis PSSI bersikukuh tidak memanggil dirinya, dan justru menumpahkan kesalahan kepada pemain.
 
Sebelum Komdis menjatuhkan sanksi, PSIS juga telah memberikan sanksi internal kepada pelaku-pelaku pada kejadian tersebut. Seperti Manajer Tim Wahyu Liluk Winarto, Catur Adi Nugroho, Fadli Manna, Komaedi dan pelatih Eko Riyadi. Sanksi internal tersebut menjadi sia-sia karena niat baik PSIS sebagai klub tidak dipedulikan Hinca.
 
Sementara itu, mantan manajer PSIS Wahyu Winarto juga merasa heran dengan keputusan Komdis PSSI. Menurutnya, secara jujur ia sudah mengaku yang menyuruh pemain bunuh diri. Itu pun aksi spontan karena kesal PSS melakukan dua gol bunuh diri terlebih dahulu.
 
"Kami terbuka. Tidak ada yang ditutup-tutupi dan direncanakan. Itu spontan di lapangan dan saya yang menyuruh. Anehnya, saat jujur malah dianggap menutup-nutupi dan disuruh berbohong. Saya siap kena sanksi  lima kali hukuman seumur hidup, tetap saya siap menerimanya, karena saya memang yang menyuruh mereka,” kata Wahyu yang akrab disapa Liluk.
 
Liluk kemudian menjelaskan bahwa sehari sebelumnya ia mendengar kabar bahwa PSS akan mengalah. Jika terpaksa, PSS akan melakukan bunuh diri. Itulah sebabnya panitia pelaksana PSIS vs PSS mendadak memindah tempat pertandingan dari  Stadion Maguwoharjo ke Lapangan AAU, dan diupayakan tanpa penonton. 
 
”Berita itu sudah keluar di media sehari sebelum pertandingan. Kenapa PSSI diam saja dan tidak segera melakukan penyelidikan. Bila kami tampil menyerang, mereka akan gampang bunuh diri. Bisa saja dengan skenario back pass, awalnya, kami tidak pernah berpikir PSS berani melakukan gol bunuh diri. Tapi ternyata mereka tetap berani melakukannya. Kami emosi dan kaget,” kata Liluk.
 
Karena telah mengeluarkan banyak biaya, PSIS merasa disepelekan. Tak ada penghormatan dari tuan rumah kepada tim tamu. Bahkan yang terjadi penghinaan.
 
"Seakan-akan kalau mereka tak bunuh diri, kami tak bisa menang. Karena emosi, spontan saya tidak menginstruksikan menyerang. Sekaligus untuk membuktikan bahwa berita di media benar. Kalau mau jujur, PSIS sudah membantu PSSI menguak adanya kejanggalan di PSS," kata Liluk.
 
Yang paling menyesakkan menurut Liluk, adalah adanya ancaman sanksi lanjutan. Dengan ancaman itu, nasib PSIS seperti disandera jika ingin mengungkap hal-hal yang tak disukai Komdis. 
 
"Biarlah nanti masyarakat yang menilai, karena PSIS tak punya mental serendah itu. Sekali lagi karena kami merasa dilecehkan dan dihina, maka kami membalas penghinaan itu dengan lebih parah. Prinsipnya, kami selaku manajemen mohon maaf kepada masyarakat dan para pendukung jika telah salah langkah. Percayalah, sebenarnya langkah kami untuk menjaga kehormatan PSIS yang telah dilecehkan," kata Liluk.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya