Jam-jam Rawan Kecelakaan Saat Mudik

Selain menentukan waktu dan tempat istirahat yang tepat, jika memungkinkan, tiap kendaraan memiliki pengemudi cadangan.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 21 Jul 2014, 16:16 WIB
Pemudik yang menggunakan mobil terjebak macet di daerah Pantura, wilayah Tegal Gubuk, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (17/9). (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Umumnya, pemudik memilih pagi hari sebagai waktu ideal guna memulai perjalanan. Namun, data Korlantas Mabes Polri pada 2013, menyebutkan, mayoritas kecelakaan pada musim mudik Lebaran justru terjadi pagi hingga siang hari.

Mengutip keterangan Riding Safety Association (RSA) Indonesia, sekira 24,54 persen kasus kecelakaan terjadi pada pukul 06.00 hingga 12.00. Pada waktu itu, menurut temuan Korlantas Mabes Polri, terjadi 68 kasus kecelakaan setiap harinya.

"Bisa jadi pada rentang waktu itu mereka yang berkendara sedari malam atau dinihari tengah dihinggapi kondisi letih, sehingga menurun konsentrasinya," tulis keterangan dari RSA.

Foto dok. Liputan6.com

(Data Korlantas Mabes Polri Tahun 2013)

Waktu rawan kecelakaan terbesar kedua terjadi pada pukul 18.00-24.00. Di rentang waktu tersebut, rata-rata terjadi kecelakaan sebanyak 55 kasus. Jika dibandingkan dengan 2012, jumlahnya mengalami penurunan, begitu pula pada waktu perjalanan pagi hari.

Untuk rentang waktu sore hari, persentase kecelakaan pada pukul 15.00-18.00 berkontribusi sebesar 19,01 persen dari total angka kecelakaan.

Menariknya, perjalanan mudik pada pukul 00.00-06.00 menjadi waktu dimana angka kecelakaan yang terjadi juga relatif lebih sedikit, di 18,70 persen, atau 37 kasus kecelakaan setiap harinya.

Nah, dengan melihat jam rawan kecelakaan lalu lintas di atas, ada baiknya pemudik memiliki manajemen perjalanan yang baik. Selain menentukan waktu dan tempat istirahat yang tepat, jika memungkinkan, turut diupayakan pula untuk membawa pengemudi cadangan.

"Tentu, tak semua kendaraan memiliki pengemudi cadangan. Hal yang paling mungkin adalah dengan mengatur jadwal perjalanan sebaik mungkin," tuntas RSA.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya