Survei: Ryamizard Tepat Jadi Cawapres Jokowi

Penilaian ini tidak terlepas dari performa Ryamizard yang low profile, tegas, setia.

oleh Muhammad Ali diperbarui 01 Mei 2014, 18:48 WIB
(ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Liputan6.com, Jakarta - Pasca-Pileg 9 April 2014 berujung maraknya manuver koalisi parpol jelang Pilpres 9 Juli nanti. Salah satu kandidat terkuat Capres 2014 adalah Joko Widodo (Jokowi). Dan saat ini yang paling ditunggu masyarakat adalah seputar figur utama yang bakal mendampingi Capres dari PDIP tersebut.

Pemilihan figur cawapres yang tepat dianggap jadi rumus politik yang jitu untuk memenangkan pertarungan pilpres nanti. Karena kesalahan dalam memilih, akan membuat elektabilitas salah satu capres menjadi turun.

Lembaga Indonesia Survei Center (ISC) telah melakukan jejak pendapat terkait siapa cawapres yang paling diinginkan publik untuk mendampingi Jokowi dalam Pilpres mendatang.

Direktur Eksekutif ISC, Andry Kurniawan menjelaskan bahwa berdasarkan hasil surveinya perpaduan kandidat presiden yang berlatarbelakang sipil-Jawa/militer dengan Wapres dari kalangan militer/luar Jawa, atau sebaliknya, ternyata masih menjadi primadona masyarakat untuk melihat calon pemimpin bagi bangsa Indonesia ke depan.

"Ini menandakan bahwa dikotomi sipil-militer masih tertanam kuat di benak pemilih," kata Andry dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (1/5/2014).

Andry menjelaskan, ketika pihaknya menanyakan responden dari kalangan mana yang paling cocok untuk mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2014, mayoritas publik menjawab sosok dari kalangan militer menempati posisi teratas dengan 47, 3 %, disusul dari birokrat 23, 7%, pengusaha 18,2%, tokoh politik dari eksternal PDIP 15,1%, dan  dari internal PDIP 9,3%.

"Hal ini mengindikasikan bahwa dwitunggal sipil-militer dianggap akan bisa meningkatkan elektabilitas bagi pasangan tersebut," tuturnya.

Selain itu, imbuh Andry, sebanyak 30,3% publik juga mengharapkan pemimpin mendatang harus bisa menyelesaikan isu dan tantangan keamanan. Setelah itu 59,6 % mengharapkan penerapan  pemberantasan korupsi dan sebanyak 27,4 % publik mengharapkan pengentasan kemiskinan.

"Karena itu, tokoh militer sebagai cawapres Jokowi dianggap publik sangat diperlukan untuk menghadapi segala kemungkinan terjadinya kekacauan (konflik) pasca pemilu," tegasnya.

Lebih lanjut Andry menuturkan, yang menarik adalah publik melihat bahwa sosok militer pendamping Jokowi dalam Pilpres nanti justru sebagai antisipasi menghadapi Prabowo Subianto yang merupakan mantan Danjen Kopassus sebagai potensial kompetitor yang dikenal tegas dan berani.

"Masyarakat melihat bahwa kontestasi Jokowi versus Prabowo dalam Pilpres akan berlangsung sengit. Karena keduanya memiliki popularitas dan elektabilitas yang setara. Dengan kata lain, pasangan cawapres Prabowo yang sudah pasti berasal dari kalangan sipil akan bisa mengalahkan Jokowi, kecuali jika cawapresnya dari militer," ungkapnya.

Menurut Andry, publik menilai cawapres militer untuk Jokowi sesuai dengan visi misi dan tagline PDIP yakni 'Indonesia Hebat'. Karena itu menurutnya dalam hasil surveinya tersebut menempatkan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Ryamizard Ryacudu sebagai sosok yang hebat dan tepat mendampingi Jokowi.

"Ryamizard Ryacudu adalah figur dari militer yang oleh publik dinilai pas sebagai cawapres pendamping Jokowi sebesar (21,5%,), disusul Jusuf Kalla (19,1%,), Mahfud MD (14,3%), Ahok (12,9%), Puan Maharani (10,6%), Agus Martowardojo (8,4%,),  dan yang menjawab tidak tahu
sebesar13,2%," paparnya.

Tampilnya mantan KSAD di era pemerintahan Megawati pada posisi teratas pilihan publik ini tidak terlepas dari performanya yang low profile, tegas, setia, berlatar belakang militer non-jawa, dan dipandang mampu mensubordinasikan diri dengan Jokowi dalam kabinet pemerintahan jika
terpilih kelak.

"Dengan kata lain, stigma munculnya 'dua nakhoda dalam satu kapal' diduga kuat tidak akan terjadi nanti. Dibanding nama-nama cawapres Jokowi yang lainnya, Ryamizard Ryacudu dinilai memiliki kemampuan bekerjasama dengan Jokowi dalam menjalankan program-program pemerintahan yang disiapkan PDIP," jelasnya.

Survei ISC dilaksanakan pada 12 s/d 18 April 2014 di 33 provinsi seluruh Indonesia. Yang disurvei adalah sejumlah tokoh yang telah diwacanakan dan beredar di berbagai media sebagai kandidat kuat calon Wakil Presiden Jokowi.

Populasi dari survei ini adalah seluruh calon pemilih dalam Pemilu 2014 atau seluruh penduduk Indonesia yang minimal telah berusia 17 tahun dan/atau belum 17 tahun tetapi sudah menikah. Jumlah sampel sebesar 1070 responden, diperoleh melalui teknik pencuplikan secara berjenjang (multistage random sampling). Margin of error +/- 3 persen, dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden dengan pedoman kuisioner. Responden terdistribusi 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan. Penentuan responden dalam setiap KK dilakukan dengan bantuan kish grid. Uji kualitas dilakukan melalui telephone-check dan spot-check sebesar 20 persen dari total sampel.

Survei ISC didanai secara mandiri, dan bukan hasil resmi dari KPU.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya