Sukses

Sitor Situmorang adalah penyair asal Indonesia

Informasi Profil

  • Nama LengkapSitor Situmorang
  • Tanggal Lahir2 Oktober 1923
  • Wafat21 Desember 2014
  • Tempat LahirTapanuli Utara, Sumatera Utara
  • ProfesiSastrawan, Wartawan

Sitor Situmorang adalah seorang sastrawan dan wartawan asal Indonesia. Pria yang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 ini merupakan anak dari Ompu Babiat Situmorang, yang merupakan rekan Sisingamangaraja XII ketika masa perlawanan terhadap Belanda.

Lahir dengan nama Raja Usu, Sitor mengawali pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School di Balige dan Sibolga. Selanjutnya, ia pindah ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan di Algemeene Middelbare School. Pada tahun 1950an ia sempat pergi ke Amsterdam dan Paris serta memperdalam ilmu sinematografi di Universitas California pada medio 1956 hingga 1957.

Kariernya sebagai wartawan diawali pada tahun 1945. Ketika itu, ia resmi menjadi wartawan untuk surat kabar Suara Nasional, setelah sempat pindah ke Harian Waspada dan menjadi Koresponden Berita Indonesia dan Warta Dunia. Ia mulai mencicipi peruntungannya di bidang lain seperti menjadi dosen Akademi Teater Nasional sekaligus menjadi anggota Dewan Nasional di tahun 1958.

Sitor Situmorang menjadi salah satu korban dari rezim orde baru setelah ia resmi menjadi tahanan politik di jakarta dari tahun 1967 hingga 1974.

Sitor merupakan salah satu penulis yang cukup produktif, ia telah merilis berbagai kumpulan puisi, di antaranya Pertempuran dan Salju di Paris yang mendapatkan penghargaan Hadiah Sastra Nasional dan Peta Perjalanan yang mendapatkan Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 11 tahun berselang.

Usul dari PDIP

PDIP mengusulkan kepada pemerintah membantu pemulangan jenazah penyair Sitor Situmorang yang meninggal di Belanda. Hal ini agar sesuai dengan harapan penyair tersebut agar dimakamkan di Danau Toba, Sumatera Utara, seperti tertuang dalam sajaknya yang berjudul 'Tatahan Pesan Bunda'.

"Sitor Situmorang tidak hanya sastrawan angkatan 45 yang berpengaruh. Konsistensi perjuangan dan kesetiaan dengan Bung Karno menjadikan sosok sastrawan tersebut sebagai simbol kesetiaan seorang pejuang," kata Plt Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa (23/12/2014).

Hasto mengungkapkan, dalam catatan PDIP, pada 1959 sampai dengan 1969, Sitor Situmorang memimpin Lembaga Kebudayaan Nasional yang merupakan underbow atau organisasi sayap Partai Nasional Indonesia (PNI).

"Sitor Situmorang menjabarkan nasionalisme melalui karya sastra yang luar biasa. Seluruh idealisme dan keyakinan politik-kebudayaan yang ditunjukkan Sitor membuatnya lengkap sebagai sosok sastrawan yang memiliki sikap kenegarawanan yang tinggi," ungkap Hasto.

Untuk itu, dia berharap Pemerintahan Jokowi dapat memberi perhatian yang sebaik-baiknya terhadap almarhum Sitor Situmorang.

Impian Keluarga Terkait Penghargaan kepada Sitor Situmorang

Keluarga mendiang Sitor Situmorang berniat membangun rumah budaya di area sastrawan tersebut dimakamkan di Sumatera Utara. Rumah tersebut akan menjadi tempat penyimpanan karya Sitor, ziarah, diskusi maupun kegiatan riset.

Sitor Situmorang dimakamkan di kampung halamannya Harian Boho, tepi barat Danau Toba. Ini sesuai dengan harapan penyair tersebut agar dimakamkan di Danau Toba, Sumatera Utara, seperti tertuang dalam sajaknya yang bertajuk 'Tatahan Pesan Bunda'.

Semasa hidupnya, Gulontam menuturkan ayahnya selalu peduli pada budaya dan lingkungan, karena 2 hal tersebut saling berkaitan. Salah satu yang mereka soroti adalah lingkungan Danau Toba yang kini rusak, berakar dari pergeseran budaya.