Liputan6.com, Jakarta Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) memprediksi calon tunggal Pilkada 2024 akan berjalan secara masif dan siginifikan. Kornas JPPR Rendy NS Umboh mengungkapkan ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.
Pertama, kondisi psikologis Pasca Pemilu Februari 2024, sangat berpengaruh. Menurutnya, partai Politik dan koalisi-koalisinya sedang ‘mapping’ daerah-daerah seluruh Indonesia.
"Dalam kondisi ini, yang kami kuatirkan bukan hanya satu atau dua daerah, semisal Jakarta, tetapi bisa berkembang menjadi masif ke hampir seluruh daerah di Indonesia, dan dikerjakan secara terstruktur dan sistematis oleh elite-elite Partai," ujar Rendy kepada Liputan6.com, Kamis (8/8/2024)..
Advertisement
"Mengapa? Ya kan, Surat Keputusan pencalonan di DPP semua, episentrumnya di Pusat, bukan di daerah, Jadi, ruang untuk ‘kongkalingkong politik’ terbuka lebar, hal ini sangat rentan dan membahayakan demokrasi," dia mengimbuhkan.
Jadi, menurutnya, saat ini Indonesia berada dalam kondisi yang kelihatan demokratis, tetapi hanya simbol dan administratif. Semuanya sudah diselesaikan di tataran elit Parpol.
"Lalu apa lagi essensinya Pilkada langsung kita sekarang ini? Apa bedanya dengan memori Undang-Undang 22 tahun 2014 yang mengatur Pemilihan Kepala Daerah dipilih oleh DPRD, yang umurnya pendek tapi praktiknya jangka panjang? Sama saja, keputusan politiknya, di tangan segelintir orang, tidak secara sepenuh hati diserahkan ke masyarakat lewat Pilkada langsung," terang dia.
Konstelasi Pemilu 2029
Kedua, Rendy mengungkapkan, ada kepentingan dan kegentingan yang memaksa parpol terutama koalisi Pemenang Pemilu Presiden dan Partai Politik non-koalisi yang ingin dan sangat berkeinginan satu arak-arakan dalam partai koalisi, untuk tidak merusak ‘pesta jamuan makan malam’.
"Artinya adalah, Pemilu sudah usai, hasilnya sudah ada, tetapi masih ada pelantikan dan pembagian kursi kabinet yang menanti pasca 20 Oktober nanti, puncak ‘pestanya’di situ, ‘jamuan-nya’ di sana, di Istana dan dalam soal urusan-urusan ke-istana-an," ujar dia.
"Nah, apabila belum ke sana, tetapi sudah banyak friksi dan faksi, karena soal Pilkada kan repot jadinya. Barangkali itu yang mendasari hipotesis kami, bahwa Pilkada Serentak kali ini, akan masif dipenuhi kotak kosong," Rendy menjelaskan.
Ketiga, menurutnya, konstelasi Pemilu 2029 sudah dipikirkan dan didesain sedari Pilkada serentak 2024 ini. Karena dalam setiap Pilkada ke pilkada, sejak 2005 Pilkada langsung pertama digelar, Pemilu ke Pemilu, elemen kekuasaan, penyalahgunaan wewenang, penyalahgunaan program dan bantuan sosial pemerintah, penggerakan aparatur negara, merupakan kunci sukses kontestasi Pilkada maupun Pemilu. Olehkarena itu, strategis sekali menyusun strategi Pemilu 2029 dari Pilkada 2024 ini.
“Kami mendorong Parpol agar menjaga demokrasi Indonesia, agar Sehat, berkeadilan, dan (terutama) ‘berkepribadian’. Semangat jujur dan adil dikedepankan, membiarkan proses yang alamiah terjadi, kapabilitas dan kredibiltas putra-putri terbaik bangsa, yang kompeten dan kompatible bersaing dalam kontestasi Pilkada, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia seluruhnya, seutuhnya,” Rendy menandaskan.
Advertisement