Sukses

Layanan Pasca-persalinan Mewah untuk Ibu Baru Berbiaya Rp25,7 Juta per Malam, Daftar Tunggunya Sampai 4 Ribu Orang

Layanan pascapersalinan mewah kini bermunculan di Amerika Serikat. Bertempat di resor, ibu baru bakal dilayani bak ratu dan diharapkan tidak mengalami baby blues.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya bayi yang perlu diperhatikan, ibu baru juga perlu mendapat layanan ekstra karena kini ia memiliki peran baru. Maka itu, layanan pasca-persalinan mewah makin diminati para ibu baru.

Salah satunya ditawarkan Ahma & Co., perusahaan jasa layanan pascapersalinan yang beroperasi di California. Menempati resor mewah, layanan tersebut menawarkan fasilitas yang lengkap, mulai dari tim terapi dan suster pendamping pribadi, pelatih menyusui, pelatihan CPR untuk bayi, bantuan menyusui 24 jam, terapi kegel, hingga keranjang bayi selevel rumah sakit.

Dilansir dari NY Post, Rabu, 13 Maret 2024, Esther Park, pendiri dan CEO Ahma & Co., mengatakan kepada Bloomberg News bahwa daftar tunggu yang meminati layanan pascapersalinannya sudah mencapai 4.000 orang. Mereka siap membayar harga fantastis tersebut untuk menginap di Waldorf Astoria Monarch Beach Resort & Club seluas 175 hektare di Dana Point, California.

Park mengatakan, resor pascapersalinan yang dikelola swasta itu untuk mengisi kekosongan atas kurangnya perawatan bagi ibu baru yang diharapkan mengetahui cara menangani bayi setelah melahirkan.

"Di Amerika Serikat, ada masalah besar dalam cara kita memperlakukan ibu. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh sistem kesehatan kita saat ini, tetapi juga cara masyarakat kita beroperasi," kata Park kepada Bloomberg News.

Dengan minimal waktu menginap tiga malam, ibu nifas dapat tinggal dalam kamar seluas 49,7 meter persegi dengan balkon pribadi. Dilengkapi dengan layanan spa kaki, pemotretan untuk bayi baru lahir, dan ruang bayi pribadi yang dijaga dengan monitor 24 jam sehari.

2 dari 4 halaman

Jadi Bisnis yang Menjanjikan

Selain Ahma & Co, ada Boram. Layanan pascapersalinan berbasis di Manhattan ini menyebut perusahaan mereka sebagai "ruang yang tenang, nyaman, dan aman" bagi para ibu baru. Mereka mengenakan biaya USD1.050, sekitar Rp16 juta per malam untuk layanan yang mencakup bantuan prakelahiran, ruang pemulihan, latihan menyusui, dan tiga jadwal makanan siap saji yang diantar langsung ke ruangan.

Dikutip dari Daily Mail, Boram Nam, salah satu pendiri Boram, mengatakan kepada Bloomberg News bahwa fasilitas pusatnya rata-rata menerima delapan pemesanan per malam pada bulan ini. Angka tersebut meningkat 48 persen dari periode yang sama pada tahun lalu dengan jumlah pendapatan mereka yang meningkat hingga dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara, Ahma & Co. telah mengumpulkan uang dari investor dengan total hingga enam digit, menurut Bloomberg News.

Boram Nam memperkirakan bahwa pusat-pusat pascapersalinan, yang saat ini berada di luar jangkauan kebanyakan orang Amerika karena tingginya biaya, akan lebih terjangkau di tahun-tahun mendatang seiring dengan masuknya pemain baru ke pasar ini. Nam membandingkan fenomena ini dengan layanan kesuburan yang dulunya hanya tersedia bagi orang-orang kaya namun kini mudah untuk diakses.

3 dari 4 halaman

Kurangnya Dukungan Pascapersalinan Sebabkan Depresi

"Butuh waktu sekitar 10 tahun untuk mencapai perubahan," kata Nam kepada Bloomberg News.

"Mulai dari dengan anggaran terbatas, lalu harga yang dianggap sangat mahal, tidak banyak dukungan atau pemahaman atau kesadaran, hingga akhirnya perusahaan-perusahaan yang ikut serta menjadikan ini sebagai program kesehatan, dan nantinya negara-negara yang ikut campur tangan dari pihak pemerintah," ia menerangkan jalan yang akan dilalui oleh model bisnis pascapersalinan yang ia geluti.

Popularitas pusat pascapersalinan juga telah mendorong perusahaan seperti raksasa ekuitas, KKR dan EasyKnock Inc untuk menawarkan tunjangan berupa potongan harga dan subsidi penuh untuk menginap di Boram bagi karyawannya. Tren layanan pasca-persalinan ini juga berkembang di Asia.

Di Korea Selatan, misalnya, 80 persen ibu baru memeriksakan diri ke 'joriwon' setelah melahirkan. Di tempat itu, mereka diberi makan tiga kali sehari, disediakan penitipan anak, serta pijat dan perawatan wajah yang memanjakan setelah masa hamil yang melelahkan. Di Taiwan, semakin banyak ibu baru yang memilih untuk menghabiskan masa nifas mereka di pusat pascapersalinan yang bertempat di hotel-hotel kelas atas. Hal ini sangat kontras dengan standar perawatan di AS, yang bahkan tidak menjamin cuti orangtua bagi ibu baru.

 

4 dari 4 halaman

Mengenal Depresi Pascapersalinan yang Membahayakan

Dikutip dari kanal Hot Liputan6.com, postpartum depression atau depresi pascapersalinan merujuk pada kondisi depresi yang dialami oleh seorang ibu setelah melahirkan. Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan setelah melahirkan dan mempengaruhi kesehatan mental dan emosional si ibu

Salah satu gejala yang sering muncul pada depresi pascapersalinan adalah perasaan sedih yang amat sangat dan terus-menerus. Ibu yang mengalami kondisi ini sering kali merasa cemas, tidak bersemangat, dan kehilangan minat dalam melakukan aktivitas yang biasanya ia sukai. Depresi pascapersalinan juga dapat mempengaruhi nafsu makan dan waktu tidur.

Penyebab depresi pascapersalinan belum belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah riwayat depresi sebelumnya, ketidakstabilan hormon pasca melahirkan, stres yang tinggi, dukungan sosial yang kurang, serta pengalaman persalinan yang traumatis. Layanan perawatan pascapersalinan hadir untuk mencegah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko depresi pascapersalinan.

Video Terkini