Sukses

Mengenal Posisi Trendelenburg, Manfaat, dan Langkahnya dalam Dunia Medis

Posisi trendelenburg adalah posisi di mana pasien dimiringkan dengan kepala lebih rendah dari tubuh dan kaki ditinggikan di atas tubuh.

Liputan6.com, Jakarta Posisi trendelenburg merupakan salah satu jenis posisi untuk mengecek kesehatan pasien. Meskipun terdengar asing bagi kebanyakan orang, namun posisi trendelenburg sudah digunakan sejak dulu dalam bidang kesehatan.

Posisi trendelenburg adalah posisi di mana pasien dimiringkan dengan kepala lebih rendah dari tubuh dan kaki ditinggikan di atas tubuh, memiliki peran penting dalam praktik medis. Dalam situasi darurat, seperti syok atau keadaan kritis lainnya, posisi ini digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan organ vital lainnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Dengan memperlancar aliran darah ke otak, posisi trendelenburg membantu meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang krusial untuk memelihara fungsi normal otak dan mencegah kerusakan sel-sel saraf.

Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas mengenai pengertian posisi trendelenburg beserta manfaat dan langkahnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (7/5/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pengertian Posisi Trendelenburg

Dikutip dari laman Kemdikbud, posisi trendelenburg adalah posisi medis yang digunakan dalam perawatan atau pemeriksaan pasien, di mana tubuh pasien dimiringkan ke belakang sehingga kepala berada di posisi lebih rendah daripada kaki. Posisi ini digunakan untuk pasien yang syok untuk meningkatkan aliran darah ke otak.

Definisi lain, posisi trendelenburg  merupakan suatu teknik klinis dimana badan dimiringkan dalam posisi terlentang sehingga kepala lebih rendah dari badan dan kaki. Dokter biasanya memberikan TP pada sudut sekitar 16°. Modifikasi posisi trendelenburg  adalah posisi tubuh bersandar penuh dimana kepala dan badan sejajar, serta kaki sedikit terangkat.

Posisi ini merupakan variasi dari supine atau posisi telentang. Nama posisi ini diambil dari nama ahli bedah Jerman, Friedrich Trendelenburg (1844-1924), yang awalnya menggunakan posisi ini untuk meningkatkan akses bedah ke organ perut dan panggul dengan memanfaatkan gravitasi.

Selama bertahun-tahun, posisi Trendelenburg digunakan dalam pengobatan syok hipovolemik untuk meningkatkan curah jantung dan sirkulasi ke jantung serta meningkatkan aliran darah ke organ vital. Namun karena efeknya yang sering kali merugikan, posisi ini tidak lagi direkomendasikan untuk tujuan ini pada pasien yang sudah mempunyai gangguan kardiopulmonal sebelumnya.

3 dari 5 halaman

Manfaat Posisi Trendelenburg

Dalam situasi darurat, seperti syok atau keadaan kritis lainnya, posisi ini digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan organ vital lainnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Dengan memperlancar aliran darah ke otak, posisi Trendelenburg membantu meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang krusial untuk memelihara fungsi normal otak dan mencegah kerusakan sel-sel saraf.

Selain itu, posisi Trendelenburg juga sering digunakan selama prosedur bedah, terutama di bidang bedah vaskular dan bedah abdomen. Dengan memiringkan tubuh pasien dalam posisi ini, dokter dapat memperoleh akses yang lebih baik ke area operasi, meminimalkan perdarahan, dan mengurangi risiko komplikasi. Hal ini memungkinkan prosedur bedah dilakukan dengan lebih efisien dan aman, sehingga memperbaiki hasil bagi pasien.

Manfaat lain dari posisi Trendelenburg adalah penggunaannya dalam penanganan pasien dengan gangguan pernapasan atau sirkulasi. Dengan meningkatkan tekanan intra-abdominal, posisi ini dapat membantu mengurangi penumpukan cairan di paru-paru dan mempermudah ventilasi. Selain itu, peninggian kaki juga dapat membantu mengurangi stasis vena, yang berpotensi mencegah pembentukan gumpalan darah dan komplikasi tromboembolisme.

Lantas kapan lagi dokter ata tenaga kesehatan menggunakan posisi Trendelenburg?

Saat ini, posisi Trendelenburg sering digunakan dalam operasi perut bagian bawah, termasuk prosedur kolorektal, ginekologi, dan genitourinari. Dalam posisi ini, gravitasi menarik organ intra-abdomen menjauh dari panggul, sehingga memungkinkan akses pembedahan yang lebih baik ke organ panggul. Selain itu, jenis posisi berbaring pasien satu ini mungkin juga direkomendasikan pada beberapa prosedur dan kondisi medis, seperti:

  1. Situasi darurat seperti syok dan pendarahan.
  2. Prosedur operasi vagina.
  3. Memindahkan usus dari rongga panggul ke perut bagian atas
  4. Prosedur operasi pada organ panggul.
  5. Menghentikan pendarahan dari anggota gerak bawah.
4 dari 5 halaman

Langkah-Langkah Menggunakan Posisi Trendelenburg

Agar pasien dapat dengan nyaman dan tepat melakukan posisi Trendelenburg, berikut ini terdapat langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah:

  1. Menjelaskan prosedur, lengkap beserta kelebihan dan kekurangannya, kepada pasien.
  2. Menyusun barang-barang yang akan dibutuhkan selama prosedur di samping tempat tidur.
  3. Memberikan privasi pada pasien jika diperlukan.
  4. Membantu membaringkan pasien telentang di atas tempat tidur atau meja operasi.
  5. Meninggikan bagian ujung kaki tempat tidur hingga mencapai sudut kemiringan sebesar 45 derajat.
  6. Memastikan badan pasien berada dalam posisi miring dengan bagian panggul lebih tinggi dari tempat tidur.
  7. Membantu menekuk lutut pasien.
  8. Memastikan dengan hati-hati sokongan pada tubuh pasien telah terpasang untuk mencegah pasien tergelincir.
  9. Melilitkan penyangga bahu dilakukan tergantung pada jenis operasi yang akan dilakukan.
5 dari 5 halaman

Hal-hal Penting saat Menggunakan Posisi Trendelenburg

Dikutip dari laman NCBI, Ada beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan posisi Trendelenburg, antara lain:Perubahan hemodinamik, termasuk peningkatan aliran balik vena dan curah jantung, bersifat sementara, dengan sebagian besar variabel hemodinamik kembali ke nilai awal dalam waktu sepuluh menit.

Perubahan pernapasan, termasuk perpindahan isi perut ke atas ke dalam diafragma, menurunkan kapasitas sisa fungsional dan kepatuhan pernapasan, oleh karena itu, memerlukan tekanan saluran napas yang lebih tinggi untuk mempertahankan ventilasi.

Perubahan gravitasi akibat posisi kepala menunduk dalam waktu lama dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, peningkatan tekanan intraokular, pembengkakan pada wajah, laring, dan lidah, sehingga meningkatkan risiko obstruksi jalan napas pasca operasi.

Pasien yang tergelincir dan bergeser dalam posisi Trendelenburg sering kali dapat dicegah dengan penyangga bahu. Namun, hati-hati harus digunakan untuk mencegah tekanan yang tidak semestinya, yang berpotensi mengakibatkan cedera kompresi atau regangan pada pleksus brakialis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.