Kisah Haru Penderita Skizofrenia di `Shadow of the Past`

Dukungan terus mengalir demi menumbuhkan kesadaran yang benar tentang penyakit skizofrenia. Salah satunya lewat film Shadow of the Past.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Feb 2014, 09:30 WIB
Sejak kampanye nasional 'Lighting the Hope for Schizophrenia' digulirkan pada Juli 2013, dukungan terus mengalir demi menumbuhkan kesadaran yang benar tentang penyakit skizofrenia. 

Kampanye yang inisiator dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia (ARSAWAKOI) dan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) itu juga didukung Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Kesehatan.

Kali ini melalui film Filiphina, 'Shadow of the Past', Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Kesehatan, Kependudukan dan Keluarga Berencana Emil Agustiono mengatakan bahwa film ini merupakan bagian dari kampanye peduli skizofrenia.

"Film ini merupakan terobosan untuk sosialisasi supaya mental health jadi prioritas," kata Emil saat acara Kampanye Kesadaran Publik 'Lighting the Hope for Schizophrenia' di Plaza Senayan, ditulis Minggu (16/2/2014).

Sebagai sebuah film yang diproduksi dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman publik, film ini membawa pesan-pesan untuk mengedukasi penonton mengenai cara-cara terbaik untuk merawat ODS (Orang Dengan Skizofrenia) secara medis.

Salah satu karakter yang digambarkan dalam film tersebut adalah seorang dokter yang memberikan bimbingan kepada seorang penderita Skizofrenia bernama Irene, diperankan oleh Agot Isidro, dan keluarganya mengenai perawatan medis yang  direkomendasikan untuk membantu meringankan gejala-gejala secara efektif.

Ditulis dan disutradai oleh Alvin Yapan, 'Shadows of the Past' adalah film independen berdurasi penuh pertama yang menentang stereoptype yang diasosiasikan dengan kondisi kejiwaan, terutama skizofrenia, dan bagaimana pasien dan keluarganya hidup dan menangani penyakit ini sehari-hari.

Dibintangi oleh aktor dan aktris Filipina, film ini juga sempat mendapat penghargaan Special Jury Prize untuk kategori New Wave – Independent Film yang diraihnya di Metro Manila Film Festival 2013 pada bulan Desember tahun lalu.

Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, Bagus Utomo yang ditemui dalam kesempatan yang sama juga menyatakan rasa bangganya karena dapat memutarkan film tersebut.

"Ini adalah program komunikasi kampanye kami karena film ini benar-benar memberikan ilustrasi yang meyakinkan mengenai kehidupan sehari-hari ODS dan bagaimana keluarganya mengatasi permasalahan ini dari sisi medis, emosi dan sosial," ujar Bagus.

"Kami harap melalui karakter utama `Irene` di film ini, masyarakat awam tergugah untuk lebih memahami para ODS, bahwa ini merupakan penyakit dan adalah bukan kesalahan mereka menjadi seperti itu," lanjutnya.

Bagus menambahkan, film ini mematahkan gambaran umum tentang Skizofrenia. Film ini juga mengisahkan bagaimana dukungan keluarga dan kasih sayang dapat menyatukan keluarga dalam menghadapi skizofrenia.

"Kami harap setelah menonton film ini, dapat tercipta kesadaran dan pemahaman yang lebih baik mengenai Skizofrenia," pungkas Bagus.

Seperti diketahui, skizofrenia merupakan penyakit jiwa terberat dan kronis sehingga timbul halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas dan tingkah laku atau bicaranya yang tidak wajar.

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada remaja atau dewasa muda. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa menyerang seseorang dengan usia di atas 40 tahun.

Sejauh ini, para peneliti belum menemukan penyebab pasti skizofrenia. Tapi ahli kesehatan sering menghubungkan penyakit ini dengan faktor genetis, kondisi pra kelahiran, cedera otak, trauma, tekanan sosial dan stres. Pemakaian narkotika dan obat-obatan psikotropika juga disebut menjadi faktor pemicu skizofrenia


(Fit/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya