Warga di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyalakan 1.000 lilin untuk mendoakan keselamatan Wilfrida Soik, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terancam hukuman mati di Malaysia. 1.000 lilin dinyalakan di lapangan umum Atambua, NTT, Minggu malam 29 September untuk Wilfrida.
Doa dari umat lintas agama dipanjatkan bagi keselamatan gadis 17 tahun itu yang kini sedang berhadapan dengan hukum di Malaysia.
Riwayat hidup Wilfrida yang bekerja sebagai TKI sejak 2010, juga dibacakan. Remaja belia itu menjadi korban perdagangan manusia, karena masih di bawah umur, saat direkrut secara ilegal ke Malaysia, bahkan tanpa seizin orang tuanya.
Kemiskinan yang mendera keluarganya di Desa Faturika, Belu, NTT, menggerakkan Wilfrida Soik untuk meringankan beban keluarga. Hidup dalam kemiskinan, bahkan tidak jarang keluarga sederhana ini, makan tanpa lauk pauk.
Keinginan Wilfrida untuk mengubah nasib keluarga ternyata berujung mimpi buruk. Ia terancam hukuman mati di pengadilan Kota Bahru, Kelantan, Malaysia. Bekerja sebagai pengurus lansia, Wilfrida kerap mengalami kekerasan dan tekanan, hingga akhirnya didakwa membunuh sang majikan.
Setiap malam, di tengah kegelapan dan tanpa listrik, keluarga mendoakan keselamatan Wilfrida. Sabtu lalu, kedua orangtua Wilfrida, Rikhardus Mau dan Maria Kolo, berangkat menuju Malaysia, untuk mendukung putri mereka.
Tidak hanya di Tanah Air, kasus Wilfrida juga disoroti media Malaysia, sejak politisi Partai Gerindra Prabowo Subianto turun tangan. Pengacara kondang Malaysia Tan Sri Mohammad Shafee pun direkrutnya untuk menjauhkan Wilfrida dari hukuman mati. (Mvi/Sss)
Doa dari umat lintas agama dipanjatkan bagi keselamatan gadis 17 tahun itu yang kini sedang berhadapan dengan hukum di Malaysia.
Riwayat hidup Wilfrida yang bekerja sebagai TKI sejak 2010, juga dibacakan. Remaja belia itu menjadi korban perdagangan manusia, karena masih di bawah umur, saat direkrut secara ilegal ke Malaysia, bahkan tanpa seizin orang tuanya.
Kemiskinan yang mendera keluarganya di Desa Faturika, Belu, NTT, menggerakkan Wilfrida Soik untuk meringankan beban keluarga. Hidup dalam kemiskinan, bahkan tidak jarang keluarga sederhana ini, makan tanpa lauk pauk.
Keinginan Wilfrida untuk mengubah nasib keluarga ternyata berujung mimpi buruk. Ia terancam hukuman mati di pengadilan Kota Bahru, Kelantan, Malaysia. Bekerja sebagai pengurus lansia, Wilfrida kerap mengalami kekerasan dan tekanan, hingga akhirnya didakwa membunuh sang majikan.
Setiap malam, di tengah kegelapan dan tanpa listrik, keluarga mendoakan keselamatan Wilfrida. Sabtu lalu, kedua orangtua Wilfrida, Rikhardus Mau dan Maria Kolo, berangkat menuju Malaysia, untuk mendukung putri mereka.
Tidak hanya di Tanah Air, kasus Wilfrida juga disoroti media Malaysia, sejak politisi Partai Gerindra Prabowo Subianto turun tangan. Pengacara kondang Malaysia Tan Sri Mohammad Shafee pun direkrutnya untuk menjauhkan Wilfrida dari hukuman mati. (Mvi/Sss)