Banjir di Brasil: 75 Orang Tewas dan 103 Hilang

Kehancuran yang terjadi di Negara Bagian Rio Grande do Sul, Brasil, dikonfirmasi belum pernah terjadi sebelumnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Mei 2024, 08:03 WIB
Seorang tentara membantu seorang wanita mengungsi dari lingkungan yang terendam hujan lebat di Canoas, Negara Bagian Rio Grande do Sul, Brasil, Sabtu (4/5/2024). (Dok. AP Photo/Carlos Macedo)

Liputan6.com, Brasilia - Banjir besar di Negara Bagian Rio Grande do Sul, Brasil, menewaskan sedikitnya 75 orang selama tujuh hari terakhir. Sementara itu, 103 lainnya dilaporkan hilang. Demikian diungkapkan pemerintah setempat pada Minggu (5/4/2024).

Sedikitnya 155 orang terluka, sementara kerusakan akibat hujan memaksa lebih dari 88.000 orang mengungsi. Sekitar 16.000 orang mengungsi di sekolah, gimnasium, dan tempat penampungan sementara lainnya.

Banjir meninggalkan dampak kehancuran, termasuk tanah longsor, jalan rusak, dan jembatan runtuh di seluruh negara bagian. Operator melaporkan pemadaman listrik dan komunikasi. Lebih dari 800.000 orang hidup tanpa pasokan air, menurut badan pertahanan sipil, yang mengutip data dari perusahaan air Corsan.

Mengutip AP, Senin (6/4), ketinggian Sungai Guaiba mencapai rekor tertinggi 5,33 meter pada Minggu pagi pukul 08.00 waktu setempat, melampaui ketinggian yang terlihat pada banjir bersejarah tahun 1941, di mana ketinggian sungai saat itu mencapai 4,76 meter.

"Saya ulangi dan tegaskan: kehancuran yang kita alami belum pernah terjadi sebelumnya," kata Gubernur Eduardo Leite pada Minggu pagi.

2 dari 3 halaman

Bencana Keempat

Seorang tentara membantu seorang wanita mengungsi dari lingkungan yang terendam hujan lebat di Canoas, Negara Bagian Rio Grande do Sul, Brasil, Sabtu (4/5/2024). (Dok. AP Photo/Carlos Macedo)

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengunjungi Rio Grande do Sul untuk kedua kalinya pada hari Minggu, didampingi antara lain oleh Menteri Pertahanan Jose Mucio, Menteri Keuangan Fernando Haddad, dan Menteri Lingkungan Hidup Marina Silva. Pemimpin sayap kiri dan timnya itu mengamati jalan-jalan Porto Alegre yang banjir dari helikopter.

"Kita harus berhenti ketinggalan bencana. Kita perlu melihat terlebih dahulu bencana apa yang mungkin terjadi dan kita perlu berupaya," kata Lula setelahnya.

Selama misa hari Minggu di Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan dia berdoa untuk warga terdampak banjir di Brasil.

"Semoga Tuhan menyambut mereka yang meninggal dan menghibur keluarga mereka, serta mereka yang harus meninggalkan rumah mereka," ujarnya.

Menurut Institut Meteorologi Nasional Brasil (INMET) pada hari Kamis (2/5), Di beberapa daerah, seperti lembah, lereng gunung, dan kota, curah hujan lebih dari 300 milimeter turun dalam waktu kurang dari seminggu. Hujan lebat dimulai sejak Senin (29/4) dan diperkirakan berlangsung hingga Minggu.

Hujan lebat merupakan bencana lingkungan keempat yang terjadi di Rio Grande do Sul dalam satu tahun, menyusul banjir pada bulan Juli, September, dan November 2023 yang menewaskan 75 orang.

3 dari 3 halaman

Pengaruh El Nino

Ilustrasi perubahan iklim. (Dok. Pixabay)

Cuaca di seluruh Amerika Selatan dipengaruhi oleh fenomena iklim El Nino. Di Brasil, El Nino secara historis menyebabkan kekeringan di wilayah utara dan curah hujan tinggi di wilayah selatan.

Tahun ini, dampak El Nino sangat dramatis, dengan terjadinya kekeringan bersejarah di Amazon. Para ilmuwan mengatakan cuaca ekstrem lebih sering terjadi akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

"Tragedi-tragedi ini akan terus terjadi, semakin buruk dan semakin sering terjadi," kata koordinator kebijakan publik di Climate Observatory, sebuah jaringan yang terdiri dari puluhan kelompok lingkungan dan social, Suely Araujo.

Brasil perlu menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim, ujarnya pada hari Jumat, mengacu pada proses yang dikenal sebagai adaptasi.

Infografis Petaka El Nino di Planet Bumi Picu Gelombang Panas Ekstrem (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya