Liputan6.com, Jakarta Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia merayakan Hari Kartini untuk menghormati dan mengenang perjuangan seorang tokoh perempuan yang dihormati secara nasional, Raden Ajeng Kartini. Hari Kartini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga momen untuk merefleksikan nilai-nilai kesetaraan gender, pendidikan, dan perjuangan hak-hak perempuan.
Raden Ajeng Kartini, atau lebih dikenal sebagai Kartini, lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Kartini tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan tradisi Jawa namun juga terbatas dalam hal akses terhadap pendidikan dan kebebasan bagi perempuan. Meskipun demikian, Kartini memiliki semangat yang besar untuk melawan stereotip gender pada zamannya dan memperjuangkan hak-hak perempuan serta pendidikan yang setara.
Advertisement
Dalam perjalanan hidupnya, Kartini menulis serangkaian surat yang dikenal sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang", di mana ia mengemukakan pemikiran-pemikiran progresifnya tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan dan kebebasan dalam menentukan nasib sendiri. Melalui tulisan-tulisannya, Kartini menjadi salah satu pemimpin dalam gerakan perempuan di Indonesia.
Kisah Kartini, seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan, telah menjadi subjek yang mendalam dalam sejumlah film Indonesia. Berikut ini adalah lima film Indonesia yang mengangkat kisah perjuangan para perempuan yang cocok ditonton pada Hari Kartini. Dirangkum dari berbagai sumber, ini dia.:
1. Kartini (2017)
Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan dibintangi oleh aktris terkenal Indonesia, Dian Sastrowardoyo, sebagai Kartini. Film ini menggambarkan perjalanan hidup Kartini dari seorang putri bangsawan Jawa hingga menjadi tokoh pemberontak yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Melalui visual yang indah dan akting yang memukau, film ini menggambarkan perjuangan Kartini dalam menentang tradisi patriarki yang mengakar kuat pada zamannya.
2. Surat Cinta untuk Kartini
Merupakan sebuah film drama Indonesia yang dirilis pada 21 April 2016. Film ini mengisahkan tentang Sarwadi (diperankan oleh Chicco Jerikho), seorang tukang pos yang baru saja pindah dari Semarang ke Jepara. Pada hari pertamanya bekerja, Sarwadi tak menyangka bahwa salah satu surat yang ia antarkan adalah untuk Kartini (diperankan oleh Rania Putrisari).
Paras Kartini yang ayu dan tampak peduli dengan rakyat kecil membuat Sarwadi langsung jatuh hati. Namun, tanggapan dari sahabatnya, Mujur, tentang Kartini yang ingin mendobrak tradisi membuat Sarwadi bingung. Kartini ingin mendirikan sekolah bagi kaum bumiputra, dan pemikiran Sarwadi tentang kodrat wanita berubah.
Ia bahkan mengajak anaknya, Ningrum, untuk belajar di sekolah milik Kartini. Namun, hatinya hancur saat mendengar Kartini dilamar oleh seorang Bupati Rembang yang memiliki tiga istri. Film ini merupakan cerita fiksi dengan latar belakang sejarah dan mengangkat tema tentang Kartini dengan perspektif yang berbeda
Advertisement
3. 3 Srikandi (2019)
Film ini mengisahkan perjalanan seorang atlet panahan perempuan yang berjuang untuk meraih prestasi di tengah-tengah tekanan sosial dan keluarga yang menentang. Dengan latar belakang dunia olahraga, 3 Srikandi menyoroti keteguhan dan ketabahan perempuan dalam mengejar impiannya meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan dan stereotip gender.
4. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Dalam film ini, seorang perempuan bernama Marlina menunjukkan keberanian dan kekuatan dalam menghadapi para penjahat yang mencoba menyerangnya. Dengan unsur-unsur drama dan thriller, Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak memberikan gambaran tentang kekuatan perempuan dalam menghadapi situasi yang sulit dan menegaskan bahwa perempuan bukanlah objek yang mudah dikalahkan.
Advertisement
5. Yuni
Merupakan sebuah film drama yang disutradarai dan ditulis oleh Kamila Andini. Film ini pertama kali tayang perdana secara internasional di Festival Film Internasional Toronto 2021 dan memenangkan Platform Prize competition1. Yuni mengisahkan kehidupan seorang remaja bernama Yuni (diperankan oleh Arawinda Kirana) yang hampir menginjak usia 17 tahun.
Yuni adalah siswi SMA yang dikenal cerdas di sekolahnya dan bercita-cita untuk kuliah setinggi-tingginya. Namun, hidupnya berubah ketika ia menerima dua lamaran pernikahan yang datang dari pria yang tidak dikenal. Meskipun menolak kedua lamaran tersebut, Yuni harus menghadapi tekanan sosial dan mitos yang mengatakan bahwa jika seorang perempuan menolak dua kali lamaran, dia tidak akan pernah menikah selamanya.
Dalam perjalanan hidupnya, Yuni berhadapan dengan teman masa kecilnya yang pemalu, Yoga (diperankan oleh Kevin Ardilova), serta guru sastra favoritnya di sekolah, Pak Damar (diperankan oleh Dimas Aditya). Film ini mengangkat isu sosial dan menyoroti ketidakadilan yang dialami perempuan dalam lingkungan yang masih memegang kuat kultur patriarki